Ketua Fraksi Partai NasDem DPR, Viktor Bungtilu Laiskodat. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 27 October 2025 18:59
Jakarta: Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI, Viktor Bungtilu Laiskodat, mendukung rencana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto. Khususnya, dalam bingkai pertimbangan jejak sejarah serta kontribusinya terhadap pembangunan bangsa.
Menurut Viktor, setiap tokoh bangsa memiliki jejak pengabdian yang patut diapresiasi. Dia menilai penting bagi masyarakat untuk melihat rencana ini secara arif dan tidak terjebak pada penilaian sempit.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang arif menghargai pengabdian dan kontribusi tokoh terhadap bangsa dan negara. Setiap era memiliki tantangan dan keputusan besar yang diambil demi keberlangsungan negara. Dalam konteks itu, kita perlu menilai secara objektif peran Presiden Soeharto dalam membangun fondasi ekonomi dan menjaga stabilitas nasional,” ujar Viktor di Jakarta, Senin, 27 Oktober 2025.
Viktor menyebut pada masa kepemimpinan Soeharto, Indonesia mampu mencapai sejumlah kemajuan signifikan di sektor ekonomi, infrastruktur, dan pendidikan. Kepemimpinan nasional senantiasa meletakkan tujuannya demi menebar manfaat dan mewakafkan diri untuk bangsa dan negara.
“Tidak ada pemimpin yang sempurna. Setiap masa memiliki kelebihan dan kekurangannya. Yang penting adalah bagaimana kita mengambil pelajaran dari masa lalu untuk memperkuat nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan kemanusiaan hari ini,” ungkap Viktor.
Foto Presiden Soeharto. Foto: MI/Susanto
Fraksi Partai NasDem DPR, lanjut Viktor, mendukung upaya pemerintah dan Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan menganugerahkan gelar pahlawan nasional untuk Soeharto dengan berbagai pertimbangan yang arif dan bijaksana.
“Penetapan gelar pahlawan harus melalui pertimbangan komprehensif, bukan hanya dari sisi politik, tetapi juga moral, historis, dan kontribusi nyata terhadap bangsa,” ujar Viktor.
Dia berharap proses ini menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk memperkuat rekonsiliasi sejarah dan menumbuhkan semangat kebangsaan yang inklusif. “Kita perlu memandang masa lalu sebagai cermin. Dari sana, kita bisa melangkah dengan lebih dewasa dalam membangun masa depan,” ujar Viktor.