Jalan Panjang Rusia-Ukraina Jelang Perundingan Bersejarah di Turki

Pertemuan Menlu Ukraina Andrii Sybiha dengan Menlu AS Marco Rubio. Foto: Anadolu

Jalan Panjang Rusia-Ukraina Jelang Perundingan Bersejarah di Turki

Fajar Nugraha • 15 May 2025 08:52

Istanbul: Kota Istanbul tengah bersiap menjadi pusat diplomasi global saat Turki dijadwalkan menjadi tuan rumah pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina pada Kamis 15 Mei 2025. Jika terwujud, pertemuan tersebut akan menjadi dialog langsung pertama antara kedua negara bertikai sejak Maret 2022. 

Inisiatif ini muncul setelah Presiden Rusia mengusulkan perundingan damai di Turki pada 11 Mei lalu, yang disambut langsung oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan. Dukungan turut datang dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang bahkan mengisyaratkan kesediaannya untuk hadir di Istanbul apabila kedua pemimpin benar-benar bertemu.


Invasi Rusia

Antusiasme global terhadap peluang perdamaian ini tidak lepas dari panjangnya konflik yang telah berlangsung sejak Rusia memulai invasi militer ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Saat itu, Putin mengumumkan “operasi militer khusus” untuk mendukung kelompok separatis di wilayah timur Ukraina, Donetsk dan Luhansk. 

Respons internasional langsung keras. Negara-negara Barat menjatuhkan sanksi ekonomi besar-besaran terhadap Moskow, menandai dimulainya isolasi internasional terhadap Rusia. 

Dalam beberapa minggu pertama perang, Rusia berhasil merebut fasilitas strategis seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia, pembangkit terbesar di Eropa. 

Namun, upaya diplomasi juga segera muncul. Rusia dan Ukraina sempat melakukan perundingan langsung, termasuk di Antalya dan Istanbul. Sebuah draf kesepakatan damai bahkan sempat dicapai pada akhir Maret 2022, namun Ukraina akhirnya menarik diri secara sepihak.


Perkembangan Konflik

Seiring waktu, konflik semakin meluas. Pada September 2022, Putin mengumumkan aneksasi sepihak atas empat wilayah Ukraina: Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Referendum yang dilakukan proksi Rusia di daerah tersebut ditolak mentah-mentah oleh komunitas internasional. 

Di sisi lain, Ukraina terus melancarkan perlawanan, termasuk melalui serangan balasan yang diumumkan pada pertengahan 2023. Namun, ofensif tersebut dinilai gagal mencapai terobosan berarti di medan tempur.

Tahun 2023 juga diwarnai dengan pemberontakan mengejutkan dari kelompok tentara bayaran Wagner, yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin. Kelompok ini sempat bergerak menuju Moskow, namun akhirnya mundur setelah mediasi dari Presiden Belarus Alexander Lukashenko. Dua bulan kemudian, Prigozhin tewas dalam kecelakaan pesawat yang misterius, menambah daftar panjang intrik internal di dalam Rusia.

Konflik turut merambah ke ranah diplomatik global. Pada akhir 2023, Uni Eropa membuka pembicaraan aksesi dengan Ukraina. Kesepakatan keamanan jangka panjang kemudian diteken dengan Inggris dan negara-negara G7. 

Ukraina juga memperluas operasi militernya, termasuk dengan melakukan serangan lintas batas ke wilayah Rusia, seperti Kursk. Di wilayah itu, Ukraina mengklaim sempat menguasai lebih dari 1.300 kilometer persegi sebelum akhirnya didorong mundur oleh pasukan Rusia, termasuk yang diperkuat oleh tentara Korea Utara.

Pertempuran yang berkepanjangan memunculkan kekhawatiran akan eskalasi nuklir. Pada November 2024, Putin menandatangani doktrin nuklir baru yang memperluas kriteria penggunaan senjata nuklir, termasuk dalam konteks membela sekutu seperti Belarus. Tak lama setelah itu, Rusia dan Belarus meneken pakta keamanan bersama yang memperkuat integrasi militer kedua negara.

Hubungan Ukraina dengan Amerika Serikat juga sempat terguncang pada awal 2025. Dalam kunjungan ke Gedung Putih pada Februari lalu, Zelenskyy terlibat dalam pertengkaran terbuka dengan Presiden Trump dan Wakil Presiden JD Vance.

Akibatnya, penandatanganan perjanjian mineral penting dibatalkan dan bantuan militer AS sempat ditangguhkan. Namun setelah perundingan panjang, kesepakatan akhirnya diteken pada 30 April dan diratifikasi oleh parlemen Ukraina pada awal Mei.

Menuju Istanbul

Kini, harapan tertuju pada Istanbul. Setelah menerima usulan Putin, Erdogan menyatakan kesiapan Türkiye menjadi tuan rumah. Zelensky mengumumkan bahwa dirinya akan hadir pada Kamis 15 Mei 2025 dan menantikan kehadiran langsung Putin.

Meskipun Moskow memperlihatkan bahwa tidak ada nama Putin di daftar delegasi yang datang untuk berunding. Sementara Trump yang sedang dalam lawatan ke Timur Tengah menyatakan siap terbang ke Türkiye jika pertemuan berlangsung turut diikuti oleh Putin. 

Hal ini menjadikan 15 Mei sebagai hari yang sangat dinantikan dalam kalender diplomasi internasional, hari yang berpotensi menjadi titik balik dari perang yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)