Jumlah Korban Tewas Demo di Kenya Capai 31, Tertinggi Sejak Awal Aksi

Aksi demo Gen Z di Kenya sejak awal tahun 2025 menuntut pengunduran diri Presiden William Ruto. (Anadolu Agency)

Jumlah Korban Tewas Demo di Kenya Capai 31, Tertinggi Sejak Awal Aksi

Willy Haryono • 9 July 2025 14:29

Nairobi: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Kenya (KNCHR) pada Selasa, 8 Juli 2025 melaporkan bahwa jumlah korban tewas dalam aksi demo antipemerintah yang berlangsung pada 7 Juli bertambah menjadi 31 orang. Angka ini menjadi catatan tertinggi dalam satu hari sejak gelombang protes dimulai awal tahun ini.

Aksi yang digerakkan generasi ‘Gen Z’ Kenya dan bertepatan dengan peringatan pemberontakan bersejarah Saba Saba tahun 1990 itu menuntut pengunduran diri Presiden William Ruto, pertanggungjawaban atas kekerasan polisi, serta reformasi ekonomi yang mendesak.

Dalam pembaruan terbarunya, KNCHR menyebutkan telah mendokumentasikan 107 korban luka, 532 penangkapan, dan dua kasus dugaan penghilangan paksa, disertai kerusakan properti yang belum terverifikasi jumlahnya.

"KNCHR mengecam keras segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia dan menyerukan akuntabilitas dari semua pihak yang terlibat, baik polisi, warga sipil, maupun pemangku kepentingan lainnya," ujar Wakil Ketua KNCHR, Raymond Nyeris, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Rabu, 9 Juli 2025.

Komisi tersebut juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan meminta agar bantuan medis segera diberikan kepada mereka yang terluka.

Protes menyebar di sejumlah kota besar termasuk Nairobi, Kisumu, Mombasa, Eldoret, dan Nakuru. Meski sebagian wilayah melaporkan aksi damai, di banyak lokasi terjadi bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan.

Laporan dari lapangan, termasuk dari tenaga medis dan pemantau HAM, mengindikasikan bahwa aparat menggunakan peluru tajam, kekuatan berlebihan, serta melakukan penangkapan sewenang-wenang. Banyak pihak memperkirakan jumlah korban sebenarnya lebih tinggi dari laporan resmi saat ini.

Dengan puluhan korban masih dirawat di rumah sakit dan kemarahan publik membesar di media sosial, kelompok-kelompok HAM menyebut Kenya tengah mengalami salah satu episode kerusuhan politik terburuk sejak kekerasan pascapemilu 2017.

Di hari yang sama, Moses Kuria, mantan Menteri Pelayanan Publik dan Menteri Perdagangan, mengundurkan diri dari posisinya sebagai penasihat ekonomi senior Presiden Ruto. Dalam pernyataannya, Kuria tidak secara langsung mengaitkan pengunduran dirinya dengan protes yang tengah berlangsung.

Namun sebelumnya, ia sempat memuji ketertiban para demonstran muda sembari memperingatkan bahaya “fase kedua dari oportunisme politik dan penjarahan,” mengisyaratkan ketidakpuasan internal di lingkaran pemerintahan. (Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)