3.000 Angkot di Depok Mati Suri Imbas Kehilangan Penumpang

Ilustrasi--Angkutan kota (Angkot) ngetem sembarangan berhenti di tengah jalan mencari penumpang di kawasan Jatinegara, Jakarta, Rabu (3/1). FOTO: MI/BARY FATHAHILAH.

3.000 Angkot di Depok Mati Suri Imbas Kehilangan Penumpang

Media Indonesia • 12 September 2023 15:18

Depok: Sebanyak 3.000 angkutan umum perkotaan (angkot) di Kota Depok, Jawa Barat (Jabar) mati suri. Hal ini disebabkan Wali Kota dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Depok tidak memiliki visi pengembangan transportasi publik di Kota Depok.

Ketua Organiasi Angkutan Darat (Organda) Kota Depok Muhammad Hasim, membeberkan saat ini angkot yang melintas di jalan-jalan Kota Depok sudah sangat langka karena kehilangan penumpang.

"Dari total 3.050 angkot dari 46 trayek di Kota Depok, tinggal tersisa 50 angkot saja yang masih beroperasi. Sedangkan 3.000 lainnya mati suri dan jadi barang rongsokan," tuturnya, Selasa, 11 September 2023.

Hasim menuturkan 50 angkot yang tersisa itu utamanya beroperasi di wilayah barat dan wilayah timur. Wilayah barat, yakni Sawangan, dan Bojongsari. Wilayah timur yakni Simpangan Depok.

"50 angkot yang masih beroperasi itu hanya terlihat melayani Swangan, Bojongsari, dan Simpangan Depok saja,” kata Hasim kepada Media Indonesia.

Menurut Hasim fenomena tersebut terjadi akibat dari kemudahan masyarakat memiliki kendaraan pribadi ditambah hadirnya transportasi alternatif berbasis online.

“Wali Kota Depok Muhammad Idris dan Dishubnya harusnya bisa mencari solusi agar 3.000 angkot tidak mati suri, salah satunya adalah membatasi kendaraan pribadi dan transportasi alternatif berbasis online seperti ojek online (ojol),” ucapnya.

Berdasarkan data di Organda Kota Depok, angkutan umum trayek dalam kota yang beroperasi di Kota Depok sebelumnya tercatat 3.000. Namun perlahan mati suri dan jadi barang rongsokan karena pengusahanya menghentikan operasional imbas kalah saingnya dari kendaraan ojol dan kendaraan pribadi.

“Artinya, ini berdampak buruk bagi 3.000 angkot, ini sudah kusampaikan setiap forum rapat dengan Dishub,” ujar Hasim.

Selain itu, ucap Hasim solusi lain agar angkot tetap beroperasi adalah memberlakukan angkutan kawasan berbasis online. “Ini sampai saat ini belum terlaksana,” terang Hasim.

Hasim mengatakan maraknya ojek online dan kendaraan pribadi di Kota Depok berpotensi menyebabkan eksistensi angkot mati suri, termasuk menimbulkan polusi yang terus tidak sehat.

"Khusus ojol, saya melihat Wali Kota Depok dan Dishub tidak memiliki inisiatif membatasinya. Mungkin pemkot tidak percaya diri."

"Pemerintah Kota Depok tidak memiliki regulasi terkait ojol. Terlebih lagi kontribusi ojol terhadap ekonomi dianggap cukup signifikan, sehingga keberadaannya terus berkembang," sambungnya.

"Pada sisi lain soal angkutan umum tidak ada upaya yang strategis untuk dikembangkan. Tdak ada upaya pendampingan sehingga mengalami mati suri," imbuh dia.

Menurut Hasim setiap tahun ruas jalan di Kota Depok menerima dana yang sangat besar. Artinya pengembangan transportasi umum perlulah dipelihara dan dirawat. Ia berharap pemkot dapat mengeluarkan kebijakan, agar angkot tak mati suri.

"Sudah bertahun-tahun ini sulit bagi Wali Kota dan Dishub untuk memiliki fokus pada hal tersebut. Harapan saya, Wali Kota yang baru hasil Pilkada 2024 memiliki visi pengembangan transportasi publik di Kota Depok," tambahnya.

Kepala Bidang Angkutan Dishub Kota Depok Aan Syurahman mengaku jumlah angkot yang beroperasi di daerahnya dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun mrngalami penyusutan dampak dari menurunnya penumpang. "Ya, jumlah angkot yang beroperasi jauh berkurang," kilahnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Meilikhah)