Austria Sebut Penikaman di Villach sebagai Serangan Teroris

Ilustrasi: Medcom.id

Austria Sebut Penikaman di Villach sebagai Serangan Teroris

Fajar Nugraha • 17 February 2025 12:25

Villach: Pemerintah Austria mengonfirmasi bahwa insiden penikaman di kota Villach pada Sabtu 15 Februari 2025 merupakan serangan Islamis dengan keterkaitan terhadap kelompok militan ISIS. Menteri Dalam Negeri Austria, Gerhard Karner menyatakan bahwa pelaku, seorang pencari suaka asal Suriah berusia 23 tahun, diduga mengalami radikalisasi dalam waktu singkat melalui internet.

Serangan ini telah mengguncang Austria, terutama setelah kegagalan pembentukan pemerintahan yang dipimpin partai sayap kanan minggu lalu, di mana keamanan menjadi salah satu isu utama.
 

Baca: Serangan Pisau di Austria Tewaskan Seorang Remaja, Lima Orang Terluka.


Hingga saat ini, Austria hanya pernah mengalami satu serangan jihadis besar, yaitu pada 2020 ketika seorang simpatisan ISIS melakukan penembakan massal di pusat kota Wina, menewaskan empat orang.

Menurut Karner, penggeledahan di apartemen tersangka menemukan bukti kuat terkait ideologi Islamis, termasuk bendera ISIS yang terpampang di dinding. Namun, polisi memastikan bahwa tidak ditemukan senjata atau barang berbahaya lainnya. Saat ini, tersangka dalam penyelidikan atas tuduhan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.

Serangan brutal di pusat kota

Melansir dari Malay Mail, Senin 17 Februari 2025, insiden penikaman terjadi di pusat kota Villach, negara bagian Carinthia, di mana pelaku secara acak menyerang pejalan kaki dengan pisau lipat.

Korban tewas adalah seorang remaja Austria berusia 14 tahun, sementara lima orang lainnya terluka, termasuk tiga korban yang mengalami cedera serius. Di antara korban luka, terdapat dua remaja berusia 15 tahun.

Seorang kurir makanan asal Suriah, yang juga pencari suaka, berhasil menghentikan serangan dengan menabrakkan mobilnya ke arah pelaku. Pria berusia 42 tahun bernama Alaaeddin Alhalabi ini mengaku bertindak tanpa berpikir panjang setelah melihat kejadian tersebut.

"Saya tidak berpikir dua kali," ujar Alhalabi kepada tabloid Krone.

"Dia menuju ke pusat kota, di sana ada banyak anak-anak di jalan. Saya tidak bisa membiarkan itu terjadi,” imbuh Alhalabi.

Pelaku kemudian mengalami luka ringan dan langsung ditangkap oleh polisi.

Warga Villach berduka dan merasa terancam

Pasca kejadian, masyarakat Villach berkumpul di lokasi kejadian, menyalakan lilin dan memberikan penghormatan kepada korban. Beberapa warga bahkan terlihat berpelukan, berusaha menenangkan satu sama lain.

Seorang warga setempat, Tanja Planinschek, mengungkapkan kekhawatirannya akan situasi keamanan di Austria.

"Saya takut untuk anak-anak saya," katanya kepada AFP.

"Kita harus membuka mata dan melihat siapa yang kita izinkan masuk, siapa yang kita bantu, dan siapa yang kita beri kebebasan. Jika tidak ada tindakan tegas, situasi ini akan semakin memburuk,” ujar Planinschek.

Pihak berwenang Austria pun memberikan apresiasi kepada warga yang turut membantu dalam insiden ini, termasuk Alhalabi yang berhasil menghentikan pelaku.


Meningkatnya Kekhawatiran terhadap ancaman ekstremisme

Serangan ini terjadi hanya dua hari setelah insiden di Munich, Jerman, di mana seorang pencari suaka asal Afghanistan menabrakkan mobilnya ke arah pejalan kaki, menewaskan seorang bocah perempuan berusia dua tahun dan ibunya, serta melukai puluhan orang lainnya.

Pihak kepolisian Jerman menyatakan bahwa tersangka diduga memiliki motif ekstremisme Islamis dalam aksinya.

Menanggapi serangkaian serangan ini, Menteri Dalam Negeri Austria Gerhard Karner menyatakan bahwa pemerintah akan mempertimbangkan penyaringan massal terhadap kelompok pencari suaka tertentu, khususnya mereka yang berasal dari Suriah dan Afghanistan, untuk mencegah kejadian serupa.
Namun, Karner tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana langkah ini akan diterapkan.

Tanggapan dari para pemimpin Austria

Presiden Austria, Alexander Van der Bellen mengutuk serangan ini dan menyebutnya sebagai aksi "mengerikan".

Sementara itu, Kanselir sementara Alexander Schallenberg menegaskan bahwa "kebencian, intoleransi, dan ekstremisme tidak memiliki tempat dalam masyarakat yang terbuka dan pluralis."

Dari pihak komunitas Muslim, Dewan Perwakilan Muslim Austria (IGGOe) juga mengecam insiden tersebut. Dalam pernyataan resminya, mereka menegaskan bahwa "tindakan keji ini bertentangan sepenuhnya dengan nilai-nilai agama kami."

Di sisi lain, pemimpin partai sayap kanan Herbert Kickl, yang partainya baru saja memenangkan pemilu nasional pada September lalu, menyerukan tindakan lebih keras terhadap kebijakan suaka.

"Kita harus melakukan tindakan tegas terhadap sistem suaka yang tidak terkendali," ujar Kickl, yang sebelumnya gagal dalam negosiasi pembentukan pemerintahan dengan partai konservatif karena perbedaan sikap terhadap kebijakan keamanan.

Austria perketat kebijakan suaka bagi warga Suriah

Austria saat ini menampung hampir 100.000 pengungsi asal Suriah, jumlah yang cukup besar di antara negara-negara Eropa lainnya.

Namun, setelah lengsernya Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Desember lalu, Austria bersama beberapa negara Eropa lainnya memutuskan untuk membekukan sementara permohonan suaka dari warga Suriah guna meninjau kembali situasi keamanan di negara tersebut.

Selain itu, Kementerian Dalam Negeri Austria tengah merancang program deportasi dan repatriasi yang lebih terstruktur bagi para pencari suaka asal Suriah yang tidak memenuhi kriteria perlindungan.

Serangan di Villach telah mempercepat diskusi tentang perlunya kebijakan migrasi yang lebih ketat, terutama terkait pengawasan terhadap radikalisasi di kalangan pencari suaka.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)