Pasukan Suriah dan loyalis Assad bentrok di Latakia sejak 6 Maret 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 9 March 2025 08:19
Latakia: Lebih dari 1.000 orang, termasuk 745 warga sipil yang sebagian besar adalah minoritas Alawite, tewas dalam bentrokan antara pasukan keamanan Suriah dan sisa-sisa loyalis Presiden terguling Bashar al-Assad, dan gelombang pembunuhan balas dendam yang dipicu sektarian di seluruh wilayah pesisir, kata pemantau perang pada hari Sabtu.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa selain korban sipil, 125 anggota pasukan keamanan pemerintah dan 148 pejuang pro Assad telah tewas sejak Kamis lalu.
Kala itu, loyalis Assad melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap titik-titik keamanan di provinsi Latakia, jantung minoritas Alawite tempat Assad berasal.
Mengutip dari The National, Minggu, 9 Maret 2025, SOHR mengatakan bahwa listrik dan air minum telah diputus di sebagian besar wilayah pedesaan Latakia untuk hari kedua berturut-turut, mengganggu komunikasi di beberapa wilayah.
Ini menandai kekerasan paling mematikan sejak pemberontak yang dipimpin Islamis menggulingkan rezim Assad dalam serangan kilat pada bulan Desember, dan salah satu tantangan paling serius bagi pemerintahan baru Suriah yang menjanjikan stabilitas setelah 14 tahun perang saudara. Angka resmi belum dirilis.
Kantor berita pemerintah Suriah, mengutip seorang pejabat Kementerian Pertahanan, mengatakan pasukan pemerintah Suriah telah merebut kembali sebagian besar wilayah itu dari para loyalis Assad. Dikatakan bahwa pihak berwenang telah menutup semua jalan menuju wilayah pesisir "untuk mencegah pelanggaran dan secara bertahap memulihkan stabilitas."
Sebuah komite darurat telah dibentuk untuk "memantau pelanggaran" terhadap instruksi komando dan merujuk para pelaku ke pengadilan militer, tambahnya.
Pada hari Sabtu, Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa menyerukan agar milisi terkait rezim Assad yang digulingkan segera menyerah. "Anda menyerang semua warga Suriah dan membuat kesalahan yang tidak dapat dimaafkan. Balasan telah datang, dan Anda tidak dapat menahannya," tegas Ahmad.
Kekerasan itu memicu kecaman internasional. Dalam sebuah pernyataan, Uni Eropa mengatakan bahwa mereka "mengutuk keras serangan baru-baru ini, yang dilaporkan oleh elemen-elemen pro-Assad, terhadap pasukan pemerintah sementara di wilayah pesisir Suriah dan semua kekerasan terhadap warga sipil," seraya menyerukan kepada "semua aktor eksternal untuk sepenuhnya menghormati kedaulatan, persatuan, dan integritas teritorial Suriah."
Kementerian luar negeri Prancis pada hari Sabtu mendesak otoritas baru Suriah "untuk memastikan bahwa investigasi independen dapat mengungkap kejahatan ini dan bahwa para pelaku dimintai pertanggungjawaban," sambil mengutuk penargetan "warga sipil karena keyakinan mereka."
Baca juga: Pemilu Presiden Suriah Baru Bisa Digelar Empat hingga Lima Tahun Lagi