Jakarta dan Bali Diproyeksi Alami Depopulasi Lebih Cepat

Ilustrasi. Foto: MI/Susanto

Jakarta dan Bali Diproyeksi Alami Depopulasi Lebih Cepat

Insi Nantika Jelita • 15 May 2025 14:41

Jakarta: Wilayah Jakarta dan Bali diprediksi akan menjadi dua provinsi pertama yang mengalami penurunan jumlah penduduk (depopulasi) lebih awal dibandingkan daerah lainnya. Peneliti LD FEB UI Turro Wongkaren mengungkapkan, indikasi depopulasi sudah mulai terlihat yang ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang terus menurun tiap tahun, dan diproyeksikan akan mencapai 0,25 persen pada 2050.  

Hal ini berdasarkan hasil studi Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) yang bertajuk 'Masa Depan Penduduk Indonesia: Kebijakan dan Strategi untuk Menghadapi Potensi Depopulasi'. Studi ini dilaksanakan sejak November 2024 dengan pendekatan kualitatif melalui diskusi kelompok terarah (FGD) bersama pemangku kepentingan di tingkat nasional dan daerah.

"DKI Jakarta dan Bali menjadi dua provinsi yang diproyeksikan paling cepat mengalami depopulasi, yaitu pada 2026 dan 2046,"  katanya dalam keterangan resmi, Kamis, 15 Mei 2025.

Jakarta dan Bali tercatat tercatat sudah memiliki tingkat kelahiran yang rendah, sementara provinsi lain seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masih menunjukkan angka kelahiran yang relatif tinggi.

Turro kemudian menjelaskan di dalam satu provinsi, disparitas tingkat kelahiran tetap terlihat, terutama akibat perbedaan kelas ekonomi dan tingkat pendidikan. Sebagai contoh di Jakarta, beberapa wilayah kecamatan yang rata-rata penduduknya memiliki kelas ekonomi ke atas memiliki tingkat kelahiran yang rendah, tetapi wilayah dengan rata-rata penduduk kelas menengah ke bawah memiliki tingkat kelahiran yang masih tinggi.
 

Baca juga: 

Mau Mengubah Data di KK dan e-KTP, Ini 2 Opsinya



(Ilustrasi. Foto: Dok MI)

Faktor penyebab depopulasi

Adapun faktor utama yang dapat memicu depopulasi adalah rendahnya tingkat kelahiran. Peneliti LD FEB UI itu menyampaikan secara nasional, angka kelahiran di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun.

Total fertility rate (TFR) Indonesia atau jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya tercatat mengalami penurunan drastis. Yakni, dari 5,61 pada 1970 menjadi 2,18 pada 2020. Artinya, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh setiap perempuan telah berkurang dari lima menjadi dua dalam kurun waktu 50 tahun.

"Badan Pusat Statistik juga memproyeksikan bahwa TFR Indonesia akan terus menurun hingga tahun 2045. Tren ini berpotensi meningkatkan risiko depopulasi di masa mendatang," ungkap dia.

Turro menuturkan depopulasi berpotensi menimbulkan dampak yang luas, mencakup sektor ekonomi, sosial-politik, infrastruktur, hingga inovasi. Secara ekonomi, dapat terjadi penurunan jumlah tenaga kerja dan perubahan komposisi penduduk. Serta, memberi tekanan pada sistem jaminan sosial.

Mengenai dampak dari sisi sosial-politik, migrasi masuk akibat kekurangan tenaga kerja bisa menimbulkan gesekan budaya jika tidak dikelola dengan baik.

"Selain itu, infrastruktur seperti sekolah bisa tidak lagi terpakai, layanan publik berubah, dan tekanan untuk berinovasi ikut menurun seiring menyusutnya jumlah penduduk," imbuhnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)