Foto: Dok. UNESCO
Riza Aslam Khaeron • 22 July 2025 20:00
Washington DC: Pemerintah Amerika Serikat dilaporkan akan kembali menarik diri dari keanggotaan UNESCO, badan kebudayaan PBB, karena dianggap terlalu condong mendukung Palestina, menerapkan kebijakan keberagaman yang ekstrem, dan terlalu terbuka terhadap pengaruh Tiongkok.
Melansir New York Post pada Selasa, 22 Juli 2025, keputusan ini diambil usai Presiden Donald Trump memerintahkan tinjauan selama 90 hari terhadap keberadaan AS di UNESCO sejak Februari lalu. Fokus utama peninjauan tersebut adalah menilai adanya sentimen anti-Semit dan anti-Israel di tubuh organisasi.
"Presiden Trump telah memutuskan untuk menarik Amerika Serikat dari UNESCO — organisasi yang mendukung agenda sosial dan budaya yang terpecah-belah dan bertentangan dengan kebijakan sehat yang dipilih rakyat Amerika pada November lalu," ujar Juru Bicara Gedung Putih, Anna Kelly.
Kelly menegaskan bahwa di bawah kepemimpinan Trump, AS akan selalu mengutamakan kepentingan nasional dan hanya terlibat dalam organisasi internasional yang sejalan dengan nilai-nilai Amerika.
Langkah tersebut merupakan reaksi terhadap sejumlah kebijakan UNESCO yang dinilai terlalu "woke", termasuk publikasi toolkit anti-rasisme pada 2023 dan inisiatif bertajuk "Transforming MEN’talities" pada 2024, yang mendorong negara-negara anggota mengadopsi kebijakan kesetaraan rasial dan membentuk pandangan baru tentang norma gender.
UNESCO bahkan menerbitkan laporan soal penggunaan video game untuk mempromosikan kesetaraan gender dan perilaku antisdiskriminasi.
Selain itu, AS mengecam keras keputusan UNESCO yang kerap menyebut Palestina sebagai wilayah "terjajah" dan menjadikan situs suci Yahudi sebagai warisan budaya Palestina. Langkah ini dinilai anti-Israel dan mengabaikan fakta historis yang penting bagi komunitas Yahudi. UNESCO juga dikritik karena mengutuk agresi militer Israel ke Gaza tanpa menyinggung kekejaman Hamas di wilayah tersebut.
Baca Juga: AS Resmi Tinggalkan WHO Pada 22 Januari 2026 |