Pesawat Boeing 787 Dreamliner. (Boeing)
Willy Haryono • 14 June 2025 18:31
Washington: Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan belum menemukan alasan teknis mendesak untuk menghentikan sementara pengoperasian Boeing 787 pasca kecelakaan maut pesawat Air India yang menewaskan lebih dari 240 orang pada Kamis 12 Juni 2025.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perhubungan AS, Sean Duffy, dan Pelaksana Tugas Kepala Badan Penerbangan Federal (FAA), Chris Rocheleau, dalam konferensi pers di Washington. Keduanya mengonfirmasi bahwa rekaman video insiden Air India telah ditinjau, tetapi belum cukup untuk menjadi dasar keputusan teknis.
“Mereka harus turun langsung ke lokasi untuk melakukan penilaian. Saat ini terlalu dini mengambil kesimpulan. Menyimpulkan hanya dari video bukan cara yang tepat atau cerdas,” ujar Duffy, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat 13 Juni 2025.
Menurut Duffy, tim dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) dan FAA akan segera diterjunkan ke India dengan dukungan teknis dari pihak Boeing dan GE Aerospace, selaku produsen mesin pesawat.
Pemerintah AS, lanjutnya, juga siap mengirim tambahan sumber daya untuk mendukung investigasi guna memastikan keamanan penerbangan secara menyeluruh.
“Kami tidak akan ragu menerapkan rekomendasi keselamatan apa pun yang muncul dari hasil penyelidikan. Fakta akan jadi dasar utama dan keselamatan tetap prioritas,” tegas Duffy.
Sementara itu, Rocheleau menambahkan bahwa FAA terus memantau perkembangan penyelidikan secara intensif. Jika pada prosesnya ditemukan indikasi risiko terhadap keselamatan, langkah mitigasi akan segera diterapkan.
“Jika dalam penyelidikan muncul informasi baru mengenai potensi risiko, kami akan segera menanganinya,” ujarnya.
Meskipun pesawat yang mengalami kecelakaan berjenis Boeing 787 Dreamliner, hingga saat ini tidak ada bukti teknis yang menunjukkan adanya cacat sistemik pada tipe pesawat tersebut. FAA tetap berkomunikasi aktif dengan pihak Boeing dan GE dalam proses peninjauan informasi awal.
Sejak kecelakaan AI-171, tekanan meningkat terhadap pihak otoritas dan produsen pesawat untuk memastikan tak terjadi masalah serupa di tempat lain. Namun, keputusan grounding pesawat secara massal seperti yang pernah terjadi pada Boeing 737 MAX, tidak dilakukan kecuali terdapat data teknis yang kuat.
Langkah pemerintah AS ini mencerminkan prinsip kehati-hatian dalam industri penerbangan sipil global: keputusan berbasis bukti, bukan asumsi visual. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Air India Jadi 279 Orang