Harga Minyak Terkerek Naik, Bersiap untuk Lonjakan Mingguan

Ilustrasi. Foto: Unplash

Harga Minyak Terkerek Naik, Bersiap untuk Lonjakan Mingguan

Eko Nordiansyah • 26 September 2025 08:45

Houston: Harga minyak melanjutkan kenaikan di perdagangan Asia pada Jumat, 26 September 2025, bertahan di atas level tertinggi tujuh minggu dan bersiap untuk kenaikan mingguan yang kuat, karena kekhawatiran atas gangguan pasokan Rusia dan penurunan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS memperketat prospek pasar.

Kenaikan hari ini dibatasi oleh kekhawatiran atas penurunan suku bunga Federal Reserve di masa mendatang, dan pengumuman tarif AS yang baru dari Presiden Donald Trump.

Melansir Investing.com, minyak mentah berjangka Brent yang berakhir pada November naik 0,3 persen menjadi USD69,63 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,4 persen menjadi USD65,25 per barel.

Kedua harga acuan tersebut tetap berada di level tertinggi sejak awal Agustus dan diperkirakan akan melonjak lebih dari empat persen minggu ini.

Minyak memperpanjang reli

Moskow mengatakan minggu ini akan memberlakukan pembatasan parsial pada ekspor solar dan memperpanjang larangan ekspor bensin hingga akhir 2025, dalam upaya untuk melindungi pasokan bahan bakar domestik.

Risiko pasokan telah diperparah oleh serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap fasilitas energi Rusia di wilayah-wilayah termasuk Bryansk, Samara, dan Bashkortostan.

Kyiv telah menargetkan kilang dan pabrik petrokimia, mengganggu produksi dan menimbulkan pertanyaan tentang keandalan ekspor produk Rusia.

Washington dan sekutunya juga mempertimbangkan sanksi baru terhadap Moskow, yang menambah kekhawatiran bahwa ekspor minyak mentah dan solar Rusia dapat menyusut lebih lanjut.
 

Baca juga: 

5 Komoditas dan Nilai Ekspor Hasil Laut Andalan Indonesia



(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Di sisi permintaan, data minggu ini menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.

Angka dari American Petroleum Institute memperkirakan penurunan 3,8 juta barel dalam pekan hingga 19 September, sementara data resmi dari Badan Informasi Energi (EIA) mengonfirmasi penurunan yang lebih kecil namun tetap signifikan.

Laporan tersebut mengisyaratkan neraca jangka pendek yang lebih ketat dan memberikan dukungan baru bagi harga.

Tarif baru Trump dan kebijakan The Fed

Namun, tarif terbaru Trump menghambat momentum bullish. Presiden mengumumkan bea baru untuk produk farmasi, peralatan dapur, dan truk berat, yang kembali memicu kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global.

AS akan mengenakan bea masuk 100 persen untuk obat-obatan bermerek impor, tarif 25 persen untuk truk berat, dan tarif 50 persen untuk lemari dapur.

Tarif 25 persen untuk truk berat dapat secara langsung meningkatkan biaya di sektor transportasi, konsumen utama minyak, yang dapat mengakibatkan melemahnya permintaan bahan bakar diesel.

Pada saat yang sama, data pada hari Kamis menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan awal pada kuartal kedua.

Data PDB yang lebih kuat menambah ketidakpastian tentang seberapa cepat Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga, dengan kondisi moneter yang lebih ketat meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar di masa mendatang.

Para pedagang sekarang menunggu indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang akan dirilis hari ini.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)