Presiden Tiongkok Tur Asia Tenggara di Tengah Ketegangan Ekonomi Global

Presiden Tiongkok Xi Jinping. Foto: EFE

Presiden Tiongkok Tur Asia Tenggara di Tengah Ketegangan Ekonomi Global

Fajar Nugraha • 14 April 2025 10:44

Beijing: Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dijadwalkan memulai kunjungan lima hari ke Asia Tenggara pada Senin, 14 April 2025. Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat hubungan perdagangan regional, di tengah meningkatnya tekanan akibat kebijakan tarif besar-besaran dari Amerika Serikat (AS).

Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyebut kunjungan ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja sebagai kunjungan luar negeri pertama Presiden Xi tahun ini, yang dianggap ‘sangat penting’ bagi kawasan. Beijing tengah berupaya menampilkan diri sebagai mitra dagang yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Presiden Trump sebelumnya mengumumkan tarif besar atas sejumlah barang dari berbagai negara, termasuk dari Asia Tenggara, yang memicu kekhawatiran negara-negara eksportir. Filipina, Vietnam, dan negara ASEAN lainnya menghadapi pungutan sebesar 10 hingga 46 persen. Sementara itu, tarif terhadap produk Tiongkok secara keseluruhan dinaikkan menjadi 145 persen.

Juru Bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok, Wang Wentao, menyatakan tarif tersebut “menimbulkan kerugian serius bagi negara-negara berkembang” dalam percakapan telepon dengan Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, pada Jumat lalu.

Data dari otoritas bea cukai Tiongkok menunjukkan bahwa ASEAN menjadi mitra dagang utama Tiongkok tahun lalu, dengan nilai perdagangan mencapai USD586,5 miliar. Vietnam merupakan pengimpor terbesar dari China dengan nilai USD161,9 miliar, disusul Malaysia dengan USD101,5 miliar.

Misi diplomasi ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja

Xi Jinping akan berada di Vietnam pada Senin dan Selasa, kunjungan pertamanya ke negara tersebut sejak Desember 2023. Vietnam selama ini menjalankan kebijakan luar negeri “diplomasi bambu”, yang berupaya menjaga keseimbangan hubungan dengan Tiongkok dan Amerika Serikat, meskipun memiliki sengketa dengan Beijing di Laut China Selatan.

Xi kemudian akan bertolak ke Malaysia dari Selasa hingga Kamis. Menteri Komunikasi Malaysia, Fahmi Fadzil menyambut kunjungan tersebut.  Fadzil menyebut kunjungan Presiden Xi merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk melihat hubungan perdagangan yang lebih baik dengan berbagai negara.

Kamboja akan menjadi tujuan terakhir kunjungan Xi. Perdana Menteri Hun Manet menyampaikan bahwa kunjungan ini akan memperkuat hubungan bilateral. Dalam peresmian proyek jalan yang didanai oleh Tiongkok, ia menyebut Beijing sebagai “mitra utama” dalam pembangunan infrastruktur Kamboja.

“Hubungan Kamboja-Tiongkok tidak berubah dan kami akan terus membuatnya kuat,” ujarnya, dikutip dari Malay Mail, Minggu, 13 April 2025.

Analis dari International Crisis Group, Huong Le Thu, menyebut bahwa tarif-tarif tinggi dari AS telah “menanamkan kecemasan besar” di kalangan negara berkembang di Asia. Ia menilai kebijakan Trump dapat membuat negara-negara tersebut menjauh dari AS dan mendekat ke Tiongkok.

“Tarif-tarif ini, jika benar-benar diterapkan di luar Tiongkok, akan membuat negara-negara tersebut tidak memiliki pilihan selain menjauh dari AS,” ujar Huong.

Ia menambahkan bahwa Beijing ingin menunjukkan dirinya sebagai kekuatan dominan dan stabil di kawasan, berbeda dari pendekatan Washington yang “memaksa dan mementingkan diri sendiri”.




(Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)