Ilustrasi. MI/Atet.
Despian Nurhidayat • 19 October 2025 14:46
Jakarta: Guru Besar IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Profesor Etty Riani, mengatakan air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik (MP) merupakan hal yang sangat wajar terjadi. Sebab, saat ini pada kehidupan masyarakat mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi tidak terlepas dari plastik.
"Jadi penggunaan plastik terutama di wilayah perkotaan terutama di DKI sangat banyak, karena plastik menggantikan pembungkus alami yang saat ini boleh dikatakan sangat minim dan harganya juga mahal, sehingga plastik jadi alternatif pilihan yang paling efisien dan efektif," ungkap Etty saat dihubungi, Minggu, 19 Oktober 2025.
Dia mengatakan semua bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak luput dari plastik. Hal lainnya juga bisa jadi penyebab, seperti gesekan ban mobil, pakaian yang terbuat dari bahan sintetis, alat pembersih, hingga limbah laundry.
Etty menekankan bahwa konsekuensi dari hal tersebut mengakibatkan limbah plastik menjadi sangat banyak. Sementara, pastik akan diuraikan menjadi plastik ukuran sedang, kecil dan akhirnya menjadi mikroplastik, bahkan jika diuraikan lagi menjadi nanoplastik.
"Mikroplastik dan nanoplastik pada akhirnya akan sampai ke atmosfer dan kemudian turun bersama hujan karena MP terutama yang ukuranya sangat kecil atau nanoplastik tentu sangat ringan dan ketika kering akan sangat mudah terbang terbawa angin, atau dengan kata lain akan masuk ke atmosfer. Dengan adanya hujan maka MP tersebut akan dicuci oleh air hujan sehingga MP ada dalam air hujan tersebut," beber Etty.
Ilustrasi. Foto: Dok MI.
Dia juga menjelaskan mengenai bahaya plastik. Bahan pembuat plastik adalah B3 yang sifatnya mirip dengan BBM, namun ke dalam plastik ditabahkan berbagai bahan aditif sesuai kebutuhan. Misalnya, agar berwarna dimasukkan bahan pewarna sintetik yang beraneka ragam termasuk di dalamnya ada logam berat yang tentu saja semuanya bersifat B3.
"Kalau ingin lentur dimasukkan nonilfenol yang juga sangat berbahaya untuk tubuh, serta berbagai bahan aditif lainnya seperti Ftalat dan sebagainya yang semuanya adalah B3 yang dapat memunculkan potensi terjadinya kanker, kecacatan pada bayi yang dilahirkan, kerusakan berbagai organ, bisa memunculkan potensi terjadinya perubahan hormonal bahkan dapat memunculkan potensi lebih maraknya LGBT akibat adanya masalah pada hormon reproduksi," tutur Etty.
Maka dari itu, Etty menyarankan harus ada langkah untuk menyadarkan masyarakat agar sebisa mungkin untuk sangat meminimalkan penggunaan plastik.
"Pemerintah harus selalu melakukan penyuluhan secara kontinu untuk menyadarkan masyarakat, dan upayakan sedemikian rupa agar masyarakat yang selalu meminimalisasi plastik menjadi budaya keseharian masyarakat di seluruh peloksok indonesia," pungkas Etty.
BRIN ungkap air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik
Sebelumnya, Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (
BRIN) mengungkap bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan. Temuan ini menjadi peringatan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi juga atmosfer.
Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan, penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di Ibu Kota. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.
"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” kata Reza dikutip dari Media Indonesia, Jumat, 17 Oktober 2025.