Imbas Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Asia Diprediksi Anjlok

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Imbas Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Asia Diprediksi Anjlok

Eko Nordiansyah • 23 April 2025 11:02

Washington: Bank of America (BofA) telah menurunkan perkiraan pertumbuhan Asia untuk 2025. BofA memperingatkan ketegangan perdagangan AS-Tiongkok dan tekanan tarif yang lebih luas akan sangat membebani ekonomi kawasan ini.

Dilansir dari Investing.com, bank tersebut kini memperkirakan pertumbuhan tertimbang PDB Asia akan melambat menjadi 3,9 persen pada 2025, turun 60 basis poin dari perkiraan sebelumnya, dengan pemulihan moderat menjadi 4,2 persen pada 2026.

Pertumbuhan PDB Tiongkok kini diproyeksikan akan melambat menjadi 4,0 persen tahun ini dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,5 persen. Sementara Jepang mungkin akan terhindar dari resesi meskipun ada tarif AS sebesar 25 persen untuk mobil, kata analis BofA dalam sebuah catatan.

India terlindungi oleh dukungan kebijakan domestik dan diperkirakan akan tumbuh 6,4 persen, penurunan 20 basis poin, tambah mereka.
 

Baca juga: 

Gegara Tarif Trump, IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Global Jadi 2,8%



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Ketidakpastian masih tinggi

Analis BofA mencatat meskipun ada jeda 90 hari pada tarif timbal balik dan pengecualian untuk elektronik yang memberikan keringanan sementara, ketidakpastian tetap pada tingkat historis, karena meningkatnya ketegangan AS-Tiongkok.

Tarif pembalasan Tiongkok sebesar 125 persen pada barang-barang AS dan penurunan 30-50 persen dalam ekspor dari Tiongkok ke AS memperburuk tekanan tersebut.

Eksportir teknologi seperti Taiwan dan Vietnam mendapat manfaat dari pengecualian, tetapi sektor non-teknologi menghadapi tantangan yang semakin besar. Asia Tenggara, terutama Malaysia dan Thailand, rentan terhadap permintaan global yang lebih lemah dan gangguan rantai pasokan.

Analis BofA memperingatkan risiko tetap condong ke bawah, terutama jika AS memasuki resesi atau pembicaraan perdagangan terhenti.

Mereka memperkirakan bank sentral regional, termasuk People’s Bank of China (PBOC), akan lebih melonggarkan kebijakan untuk mengurangi dampaknya, dengan mengatakan pelonggaran moneter mungkin mendahului langkah-langkah fiskal.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)