Aktivis Delpedro Marhaen/Dok Instagram
Siti Yona Hukmana • 23 September 2025 20:13
Jakarta: Sejumlah tokoh nasional yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa (GNB), mendesak Polda Metro Jaya segera membebaskan enam aktivis yang ditahan buntut unjuk rasa berujung ricuh, pada akhir Agustus 2025. Sikap itu disampaikan usai GNB menjenguk keenam aktivis di Rutan Polda Metro Jaya.
"Ini adalah wujud kami, kepedulian kami, sekaligus keprihatinan atas adanya sejumlah aktivis, mahasiswa yang ditahan karena peristiwa demo beberapa waktu yang lalu," kata mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa, 23 September 2025.
GNB, kata Lukman, ingin memastikan kondisi para tahanan, mendengar langsung cerita mereka, serta menyampaikan kegelisahan moral kepada pimpinan kepolisian. Termasuk, latar belakang penangkapannya.
GNB, kata Lukman, juga mengirim surat kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Surat itu berisi permintaan pembebasan para aktivis yang dianggap hanya menyampaikan aspirasi secara damai.
"Atau kalaulah kemudian pihak-pihak kepolisian menilai, memiliki bukti-bukti dalam kaitannya dengan proses hukum yang harus dijalani oleh mereka, mudah-mudahan penahanan yang mereka alami saat ini betul-betul tetap menjunjung hak-hak dasar, hak asasi manusia," ujar Lukman.
Kemudian, Cendekiawan Komaruddin Hidayat, menambahkan para aktivis itu sejatinya adalah generasi muda dengan idealisme tinggi. Mereka lahir di era media sosial dan menggunakan kanal digital sebagai bahasa ekspresi.
"Anak-anak aktivis itu biasanya punya idealisme. Mereka punya cara dan gaya tersendiri, lebih-lebih mereka generasi Z. Oleh karena itu, salah satu bahasa mereka lewat media masa, media sosial," ucap Komaruddin.
Bagi mereka, unjuk rasa dan kritik publik merupakan bagian sah dari demokrasi. Represi terhadap aktivis itu, kata Komaruddin, bukan saja bisa meredupkan semangat kritis anak muda, melainkan juga melemahkan demokrasi itu sendiri.
"Mereka itu putra-putra bangsa terbaik. Oleh karena itu, jangan sampai benih putra bibit unggul ini kemudian mati dan sampai mereka kemudian tidak tumbuh kalau salah treatment. Jangan sampai kemudian represi pada mereka kalau itu dirasakan itu akan melemahkan aspirasi semangat anak muda dan melemahkan demokrasi," kata Komaruddin.