Temuan KPAI Terkait KLB Keracunan MBG di Jabar

Ilustrasi MBG. Foto: Metrotvnews.com/Siti Yona Hukmana.

Temuan KPAI Terkait KLB Keracunan MBG di Jabar

M. Iqbal Al Machmudi • 17 May 2025 11:27

Jakarta: Komisi Perlindungan Anak (KPAI) melakukan pengawasan langsung ke lapangan menindaklanjuti kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jawa Barat. Berdasarkan pengawasan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kecamatan Singaparna dan SPPG Kecamatan Rajapolah, Tasikmalaya, KPAI menemukan 5 temuan.

Wakil Ketua KPAI Jasra Putra menyampaikan, temuan pertama yaitu soal menjaga higenisitas dalam kedisiplinan memakai alat pelindung diri. Mulai dari masker, sarung tangan dan tutup kepala serta alas kaki khusus.

"Kedua soal penyimpanan bahan makanan atau yang biasa disebut pantry/food storage atau gudang makanan atau penyimpanan bahan makanan masih perlu meningkatkan pengalaman," kata Jasra dikutip dari Media Indonesia, Sabtu, 17 Mei 2025.

Ketiga, recycle bahan bahan pasca produksi, seperti kardus-kardus bekas yang menumpuk. Keempat, manajemen komunikasi dan informasi, seperti informasi SOP penyediaan makanan yang aman, sehingga para petugas yang mungkin masih terbatas atau berganti, dapat mengikuti sistem yang sudah dibuat. 

"Kelima, persoalan mobilitas, aktifitas, jarak, menjadi isu penting lainnya, karena ketersediaan dapur yang sangat sempit, karena menentukan juga manejemen kerja, manajemen stress kerja, dan lain lain guna kesejahteraan pekerja," ungkap dia.
 

Baca juga: 

Penyimpanan Tak Sesuai Standar Jadi Salah Satu Pemicu Keracunan Makanan MBG


Pengawasan berlanjut ke sekolah SDN 01 Cikunir Singaparna. Ada 5 temuan lapangan yang perlu perhatian sekolah.

Pertama, jajanan sekolah yang belum memperhatikan keamanan pangan seperti hyginitas dan potensi keracunan, yang dapat menjadi persoalan ketika ada program MBG. Kedua, belum tersedianya prasyarat untuk menjamin kebersihan makanan dengan penyediaan sabun untuk cuci tangan diwastafel. 

Ketiga, makanan MBG yang tidak habis diminta dipindahkan ketempat makanan anak yang di bawa dari rumah. Sebab, ada ketentuan batas waktu konsumsi.

Keempat, terdapat sepuluh siswa yang tidak terbiasa makan nasi akibat rutin mengkonsumsi mi instan. Saat mengkonsumsi nasi akan berdampak terhadap anak tersebut.

"Kemudian ketika MBG datang anak-anak tidak konsentrasi belajar dan mengantuk setelah makan MBG, bisa jadi karena sudah makan sebelumnya, atau ikut makan, namun tidak memperhatikan yang telah di konsumsi anak sebelumnya, " sebut dia.

Kemudian pengawasan berlanjut di SMUN 2 Singaparna, ada 4 temuan. Pertama Sekolah belum menyediakan sabun cuci tangan di wastafel. 

Kedua alat alat yang telah di gunakan dalam penyajian MBG tidak memiliki tempat sementara yang baik sebelum diambil SPPG. Sehingga alat dan sisa makanan tidak terawat dengan baik. 

Ketiga, perlu pemilahan penyajian makanan, karena adaa anak anak yang alergi makanan tertentu. Keempat, anak anak jenuh dengan menu yang ada dan meminta variasi menu.

"Sehingga menjadi persoalan saat di konsumsi anak," ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggi Tondi)