Ilustrasi logo Danantara. Foto: dok Danantara.
M Rodhi Aulia • 22 February 2025 08:42
Jakarta: Rencana pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara yang digagas Presiden Prabowo Subianto mendapat perhatian dari FTSE Russell, penyedia indeks pasar global. Lembaga ini menilai bahwa Danantara, yang akan mengelola aset senilai US$900 miliar (Rp14.724 triliun), memiliki potensi besar untuk menarik investasi asing, termasuk foreign direct investment (FDI).
Policy Director FTSE Russell, Wanming Du, menilai bahwa investor global akan tertarik pada negara yang menginvestasikan kekayaannya untuk pengembangan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi.
“Jika melihat contoh-contoh di masa lalu, di mana dana kekayaan negara berinvestasi pada potensi infrastruktur dasar, yang membantu mendukung pertumbuhan ekonomi, mendukung pertumbuhan tersebut. Dan hal ini akan mendatangkan banyak hal [investor asing], investasi asing, FDI, misalnya,” ujar Wanming Du dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook di Jakarta yang dikutip, Jumat, 21 Februari 2025.
Baca juga: Transparansi dan Akuntabilitas Jadi Kunci Keberhasilan Danantara
Menurutnya, langkah Indonesia membentuk Danantara sejalan dengan strategi yang diterapkan banyak negara dalam mengalokasikan kekayaan negara untuk mendorong pembangunan infrastruktur. Ia juga menekankan bahwa keberadaan sovereign wealth fund (SWF) ini dapat meningkatkan kontribusi terhadap indeks saham nasional.
Dengan Asset Under Management (AUM) sebesar US$900 miliar, Danantara diperkirakan akan menjadi SWF terbesar ketujuh di dunia. Wanming juga menyoroti investasi Danantara di sektor energi baru terbarukan (EBT) sebagai langkah strategis yang dapat memberikan manfaat jangka panjang.
“Jadi menurut saya ini bagus, pastinya untuk pasar domestik,” katanya.
Agar Danantara mencapai potensi maksimal, Wanming menyarankan strategi diversifikasi investasi, baik di dalam maupun luar negeri.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengumumkan bahwa Danantara akan resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025. Keberadaan lembaga ini bertujuan untuk merealokasi modal BUMN ke sektor usaha yang memiliki keuntungan tinggi sekaligus dampak sosial yang besar. Dengan model pengelolaan tersebut, keuntungan dari program hilirisasi akan 100% dinikmati oleh bangsa Indonesia sendiri. Danantara nantinya akan diawasi langsung oleh Presiden, didampingi oleh Dewan Pengawas (diketua oleh Menteri BUMN) serta Dewan Penasehat.