Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga dan Wakil Kanselir Jerman dan Menteri Ekonomi dan Aksi Iklim Republik Federal Jerman Y.M. Robert Habeck. Foto: Dokumen Kemenko Perekonomian
Berlin: Wakil Kanselir Jerman dan Menteri Ekonomi dan Aksi Iklim Republik Federal Jerman Y.M. Robert Habeck memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang menjadi salah satu tertinggi di Kawasan Asia Tenggara.
Hal itu diungkapkannya saat melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Dalam sambutan pembukaannya, Airlangga menyampaikan pada triwulan I-2024, Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,11 persen (year on year/YoY).
Angka tersebut mencatatkan pertumbuhan triwulan I yang tertinggi sejak 2015, kata Airlangga dikutip dari siaran pers, Selasa, 7 Mei 2024.
Menurutnya, solidnya pertumbuhan ekonomi di triwulan I tersebut juga dikonfirmasi oleh berbagai Lembaga Rating yang memberikan asesmen positif ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.
Capaian pertumbuhan ekonomi nasional tersebut juga semakin berkualitas, tercermin dari data ketenagakerjaan (per Februari 2024) yang juga dirilis hari ini.
Jumlah penduduk yang bekerja bertambah 3,55 juta orang menjadi 142,18 juta orang dibandingkan Februari 2023, sementara jumlah pengangguran berkurang sebesar 0,79 juta orang menjadi 7,2 juta orang dibandingkan Februari 2023.
Proporsi pekerja formal meningkat menjadi 40,83 persen, lebih tinggi dari Februari 2023 (39,88 persen) yang utamanya didorong oleh meningkatnya pekerja dengan status buruh,karyawan, atau pegawai yang tumbuh sebesar 2,66 persen (YoY).
Pemilu dorong pertumbuhan ekonomi
Dari sisi pengeluaran, tingginya realisasi berbagai belanja Pemerintah terutama untuk belanja Pemilu telah mendorong konsumsi pemerintah tumbuh mencapai 19,9 persen (YoY). Hal tersebut juga tercermin dari Konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh melejit hingga 24,29 persen (YoY) yang disebabkan adanya kegiatan Pemilu.
Selain itu, Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, meski di tengah net ekspor yang negatif.
Kondisi tersebut menunjukan permintaan domestik yang masih kuat dan didukung oleh kebijakan fiskal sebagai shock absorber dalam merespons kondisi ketidakpastian global yang terjadi saat ini, jelas Airlangga.
Dengan berbagai capaian kondisi perekonomian tersebut, Indonesia mampu menjadi salah satu negara yang tumbuh kuat dan persisten berada di level yang tinggi dibandingkan dengan sejumlah negara lain seperti Malaysia (3,9 persen), South Korea (3,4 persen), Singapura (2,7 persen), dan Meksiko (1,6 persen).
Pertumbuhan ekonomi nasional tersebut juga disertai dengan tingkat inflasi yang rendah dan terkendali sebesar 3,0 persen atau lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lain seperti India (4,9 persen), Brasil (3,9 persen), dan Filipina (3,7 persen).
Menjaga pertumbuhan ekonomi
Sebagai upaya dalam menjaga pertumbuhan ekonomi tersebut, Pemerintah telah mencanangkan sejumlah strategi mulai dari menjaga daya beli dan stabilitas harga melalui kebijakan bantuan sosial, PPN DTP Properti, pengendalian inflasi dengan 4K, menjaga ketahanan sektor eksternal melalui optimalisasi penerimaan DHE SDA dan memperkuat implementasi LCT, hingga mengakselerasi kinerja kebijakan sektoral lainnya melalui peningkatan nilai tambah dengan hilirisasi dan percepatan transisi energi dengan Electric Vehicle (EV).
Dalam pertemuan di Berlin tersebut, kedua Menteri menggarisbawahi pentingnya penyelesaian perundingan IEU-CEPA dalam waktu dekat, dengan memperhatikan asas
fair trade dan kemakmuran.
Airlangga juga mengangkat isu terkait kebijakan EU Deforestation Regulation (EUDR), yang perlu memperhatikan aspirasi dari negara-negara yang masih memiliki hutan alami, serta pembahasan kerjasama pengembangan ekosistem semikonduktor di Indonesia.