Ilustrasi dolar AS. Foto: MI
Annisa ayu artanti • 28 December 2023 10:44
Singapura: Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan tajam pada hari Kamis. Dolar AS menuju penurunan tahunan setelah dua tahun mengalami kenaikan yang kuat karena ekspektasi penurunan suku bunga dari Federal Reserve tahun depan mencengkeram pasar.
Melansir Channel News Asia, Kamis, 28 Desember 2023, indeks dolar yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, jatuh ke level terendah lima bulan di 100,81.
Indeks turun 0,5 persen pada Rabu dan berada di jalur penurunan 2,6 persen tahun ini, menghentikan kenaikan kuat selama dua tahun berturut-turut.
Fokus investor tetap pada waktu penurunan suku bunga The Fed, dengan pasar memperkirakan peluang penurunan sebesar 89 persen pada Maret 2024, menurut alat CME FedWatch.
Adapun kontrak berjangka mengimplikasikan pelonggaran Fed sebanyak 158 basis poin tahun depan.
"Kami masih percaya perubahan kebijakan pada Maret menuju pelonggaran masih terlalu dini dan ada cukup banyak potensi reli dolar jika dan ketika tindakan tersebut tidak terwujud," kata analis Monex USA dalam sebuah catatan.
Baca juga: Rupiah Perkasa hingga Tembus di Level Rp15.300-an
The Fed ambil sikap dovish
Sementara The Fed mengambil sikap
dovish yang tak terduga pada pertemuan Desember, membuka pintu untuk penurunan suku bunga tahun depan oleh bank-bank sentral utama lainnya, termasuk Bank Sentral Eropa mempertahankan pendirian mereka untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.
Euro naik 0,09 persen pada USD1,1113, sedikit di bawah puncak lima bulan di USD1,1122 yang dicapai pada Rabu. Mata uang tunggal ini menuju kenaikan tahunan sebesar 3,7 persen, kinerja terkuatnya sejak 2020.
Sterling terakhir berada di USD1,2813, tertinggi sejak 10 Agustus. Pound menuju kenaikan 6 persen pada tahun ini, kinerja terkuatnya sejak 2017.
Investor memperkirakan Bank of England tidak akan dapat memangkas suku bunga sebanyak The Fed dan ECB, mengingat inflasi berjalan lebih tinggi di Inggris.
Sementara itu, yen Jepang menguat 0,23 persen menjadi 141,50 per dolar, beringsut mendekati level tertinggi dalam lima bulan terakhir di 140,95 yang disentuh pada awal bulan ini.
Mata uang Asia ini naik empat persen terhadap dollar di bulan Desember, menuju kenaikan bulan kedua berturut-turut karena meningkatnya ekspektasi Bank of Japan akan segera beralih dari kebijakan moneter yang sangat longgar.
Pertaruhan penurunan suku bunga juga telah mendorong mata uang berisiko, dengan dolar Australia dan dolar Selandia Baru bertengger di level tertinggi baru dalam lima bulan terakhir. Aussie terakhir naik 0,26 persen pada USD0,6865, sementara kiwi berada di USD0,6360, naik 0,3 persen.