BI Ingatkan Jaga Inflasi Volatile Food saat Ramadan dan Idulfitri

Ilustrasi. Foto: MI/Anindya Zaskia P.

BI Ingatkan Jaga Inflasi Volatile Food saat Ramadan dan Idulfitri

Fetry Wuryasti • 27 March 2024 11:38

Jakarta: Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni Primanto Joewono mengatakan momentum pemulihan ekonomi global berlanjut, meski masih dibayangi oleh fragmentasi politik dan ketidakpastian. Hal ini memicu masih berlanjutnya gangguan pada sisi supply yang menyebabkan inflasi di berbagai negara masih berada di atas perkiraan pasar.
 
Di tengah tekanan global, perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat. Inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Februari 2024 tercatat sebesar 2,75 persen (yoy), ditopang oleh inflasi inti yang rendah sebesar 1,8 persen (yoy), dan inflasi administered price yang turun menjadi 1,67 persen (yoy). Namun di sisi lain, inflasi volatile food atau harga pangan bergejolak masih meningkat, menjadi 8,47 persen (yoy).
 
"Ini terjadi akibat dampak fenomena El Nino, faktor musiman, dan pergeseran musim tanam yang terutama terjadi pada komunitas beras dan cabe merah," kata Doni pada Leaders Talk Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di wilayah Kalimantan Timur, Rabu, 27 Maret 2024.
 
Bank Indonesia meyakini inflasi IHK 2024 tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 persen plus minus satu persen. Inflasi inti diperkirakan terjaga, seiring dengan ekspektasi inflasi yang terjangkau dalam sasaran, kapasitas perekonomian yang masih besar, dan dapat merespons permintaan domestik.
 
Dukungan lainnya yaitu inflasi barang impor (imported inflation) yang rendah sejalan dengan stabilnya nilai tukar, serta dampak positif faktor struktural terkait berkembangnya digitalisasi. Namun, semua pihak tetap harus bekerja lebih keras lagi dalam mengawal inflasi di 2024, termasuk di periode besar keagamaan nasional (HBKN).
 
Secara historis, selama HBKN Ramadan dan Idulfitri, terdapat potensi peningkatan harga pangan, seiring meningkatnya permintaan masyarakat.
 
Dengan musim panen yang diperkirakan akan berlangsung di akhir Maret dan April 2024, tentunya pemerintah berharap realisasi inflasi pada HBKN Ramadan dan Idulfitri yang dalam beberapa tahun terakhir terkendali, akan kembali dapat diwujudkan pada tahun ini.
 

Baca juga: Pemerintah Diminta Waspada Kenaikan Inflasi saat Kerek PPN Tahun Depan
 

Langkah antisipasi

 
Oleh karena itu, sejumlah tantangan penting untuk diantisipasi. Dari sisi pasokan dan distribusi, kondisi curah hujan yang tinggi, dan pemenuhan masukkan komunitas pangan impor perlu menjadi perhatian bersama, agar tidak memberikan tekanan inflasi lebih lanjut.
 
Sejumlah permasalahan struktural seperti fluktuasi produksi antar waktu dan antar daerah, juga terus diupayakan solusinya melalui sinergi tim pengendali inflasi pusat dan daerah (TPIP dan TPID).
 
Secara khusus di Kalimantan, sejalan dengan potensi peningkatan permintaan sebagai dampak masifnya pembangunan proyek strategis nasional (PSN) termasuk ibu kota Nusantara (IKN), upaya penguatan pasokan dan efisiensi rantai pasok menjadi krusial, untuk memastikan stabilitas harga dan ketahanan pangan di wilayah Kalimantan.
 
"Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut kita bisa mengambil makna sebagaimana semboyan Kalimantan Timur yaitu ruhui rahayu, yang artinya cita-cita dan tujuan untuk mencapai masyarakat bahagia, adil dan makmur, aman dan tentram," kata Doni.
 
Sinergi dan inovasi untuk menjaga ketahanan pangan melalui TPIP, TPID, dan GNPIP sesungguhnya adalah pemaknaan dari nilai luhur bekerja sama demi mencapai kesejahteraan rakyat yang sejalan dengan cita-cita yang terkandung dalam semboyan Kalimantan Timur.
 
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah menyampaikan dalam Rakornas pengendalian inflasi tahun 2023, bahwa tantangan pengendalian inflasi tidaklah optimal apabila hanya mengandalkan kebijakan Bank Indonesia semata.
 
Oleh karena itu kerja sama erat antara pemerintah dan Bank Indonesia dengan wadah TPID, TPIP, dan GNPIP perlu terus diperkuat, untuk menghasilkan sinergi dan inovasi kebijakan.
 
Bank Indonesia pun berterima kasih atas sinergi dan kolaborasi antara TPIP, TPID, dan GNPIP yang telah berhasil mendukung upaya pengendalian inflasi di 2023. Berkat kerja sama semua pihak, inflasi di 2023 dapat stabil berada dalam rentang sasaran target sebesar 2,61 persen, setelah di tahun sebelumnya mencatatkan 5,51 persen.
 
"Ke depan Bank Indonesia berkomitmen untuk terus menggerakan seluruh 46 kantor perwakilan BI dalam kerangka sinergi TPIP, TPID, dan GNPIP untuk melanjutkan berbagai upaya stabilitas harga dan ketahanan pangan di tahun 2024," ucap Doni.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)