Daya Tahan Eksternal Ekonomi RI Terjaga Meski Neraca Perdagangan 'Mengendur'

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Daya Tahan Eksternal Ekonomi RI Terjaga Meski Neraca Perdagangan 'Mengendur'

Media Indonesia • 16 January 2024 12:16

Jakarta: Selama 2023, aktivitas perdagangan Indonesia terjaga, neraca perdagangan Indonesia secara total kembali mencatatkan surplus sebesar USD36,93 miliar. Capaian tersebut menunjukkan kinerja neraca perdagangan Indonesia yang tetap baik di tengah perlambatan ekonomi global.

"Meski mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022, surplus neraca perdagangan di tahun 2023 kemarin menunjukkan daya tahan eksternal perekonomian nasional di tengah peningkatan risiko global, termasuk moderasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama seperti Tiongkok," ucap Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dikutip dari siaran pers, Selasa, 16 Januari 2024.

Nilai ekspor Indonesia pada 2023 tercatat sebesar USD258,82 miliar atau di bawah capaian ekspor tahun sebelumnya yang tercatat USD291,90 miliar. Meski secara nominal ekspor Indonesia mengalami penurunan, namun dari sisi volume, ekspor Indonesia 2023 masih tumbuh 8,55 persen (yoy).

Pelambatan nilai ekspor tersebut sejalan dengan moderasi harga komoditas unggulan Indonesia, seperti minyak kelapa sawit dan batu bara. Selain itu, perlambatan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia juga memberikan andil terhadap perlambatan nilai ekspor Indonesia.

Sepanjang 2023, kata Febrio, ekspor Indonesia masih terkonsentrasi di negara Tiongkok dengan share 25,66 persen, Amerika Serikat (AS) dengan share 9,57 persen, dan India dengan share 8,35 persen.

Sementara itu, ekspor Indonesia menuju Asean dan Uni Eropa masing-masing memiliki share 18,35 persen dan 6,78 persen terhadap total ekspor Indonesia di 2023.

Baca juga: Neraca Perdagangan Indonesia Cetak Surplus USD3,31 Miliar di Desember 2023
 

Penyumbang perlambatan impor terbesar


Sementara itu, lanjut Febrio, impor Indonesia sepanjang 2023 mencapai USD221,89 miliar, turun 6,55 persen (yoy) dibandingkan 2022. Penyumbang perlambatan impor terbesar yaitu mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya, sementara mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya menyumbang kenaikan impor.

"Sama seperti ekspor, secara volume, impor Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 8,04 persen (yoy), sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik," terang Febrio.

Secara sektoral, impor barang modal dan barang konsumsi mencatatkan pertumbuhan positif, sementara impor bahan baku mengalami penurunan. Impor terbesar Indonesia juga masih didominasi oleh negara Tiongkok dan Jepang dengan share masing-masing 33,42 persen dan 8,84 persen terhadap total impor Indonesia.

Sedangkan untuk 2024, lanjut Febrio, aktivitas ekonomi global diperkirakan masih akan menghadapi risiko dan ketidakpastian, tercermin pada proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional yang juga diikuti oleh moderasi harga komoditas. Hal tersebut secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas perdagangan Indonesia di 2024.

"Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi negara mitra dagang utama," tutup Febrio.

(M ILHAM RAMADHAN)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)