Biden Tekankan Urgensi Akhiri Negosiasi Gencatan Senjata saat Berbicara dengan Netanyahu

Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Foto: EFE-EPA

Biden Tekankan Urgensi Akhiri Negosiasi Gencatan Senjata saat Berbicara dengan Netanyahu

Medcom • 23 August 2024 10:48

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menegaskan perlunya menyelesaikan negosiasi terkait gencatan senjata di Jalur Gaza yang terkepung serta pembebasan sandera dalam panggilan teleponnya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu.

“Presiden menekankan urgensi dari gencatan senjata dan pembebasan sandera dan membahas pembicaraan yang akan datang di Kairo untuk menghilangkan hambatan yang ada,” demikian pernyataan singkat Gedung Putih, mengutip dari Anadolu Agency, Jumat 23 Agustus 2024.

Biden dan Netanyahu juga membahas upaya AS untuk mendukung pertahanan Israel dari ancaman Iran, termasuk kelompok teroris proksi seperti Hamas, Hizbullah, dan Houthi. Diskusi ini termasuk dukungan militer defensif yang sedang dilakukan oleh AS.

Pembicaraan ini terjadi di tengah kebuntuan negosiasi saat pihak-pihak terkait bersiap untuk melanjutkan perundingan di Kairo akhir pekan ini, yang menurut seorang pejabat AS bertujuan untuk menyelesaikan diskusi yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Negosiasi terakhir di Doha, Qatar, pada Jumat berakhir dengan AS menyajikan proposal yang digambarkan Gedung Putih sebagai “proposal penghubung terakhir” yang diajukan kepada Israel dan Hamas, yang mengklaim bahwa proposal tersebut konsisten dengan prinsip-prinsip yang didukung oleh Biden pada 31 Mei. Namun, Hamas menolak proposal tersebut karena dianggap memenuhi syarat-syarat baru Netanyahu.

Hamas menegaskan bahwa Netanyahu tetap menolak gencatan senjata permanen, menarik pasukan Israel dari Gaza sepenuhnya, dan mengakhiri pendudukan di area strategis seperti Persimpangan Netzarim, penyeberangan perbatasan Rafah, dan Koridor Philadelphia mengikuti perbatasan Gaza-Mesir.

“Proposal tersebut memenuhi persyaratan Netanyahu dan selaras dengan mereka, terutama penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, (dari) penarikan total dari Jalur Gaza, dan desakannya untuk melanjutkan pendudukan di Persimpangan Netzarim, penyeberangan Rafah, dan Koridor Philadelphia,” imbuh Hamas.

Hamas telah lama menuntut penarikan total pasukan Israel dari Gaza dan penghentian perang sebagai syarat gencatan senjata, tetapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak persyaratan ini dan menyatakan bahwa pasukan akan tetap di Gaza sesuai kebutuhannya. Hamas juga mengkritik Netanyahu karena menetapkan persyaratan baru dan menarik kembali beberapa persyaratan lama, yang menghambat kesepakatan.

Meski AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha untuk mediasi dan mencapai kesepakatan gencatan senjata serta pertukaran tawanan, upaya tersebut terhenti karena ketidaksetujuan Netanyahu.

Sementara itu, Israel melanjutkan serangan di Gaza meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Konflik ini telah mengakibatkan lebih dari 40.170 kematian warga Palestina dan lebih dari 92.740 orang luka-luka, mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

Blokade yang masih berlangsung juga memperparah krisis kemanusiaan di Gaza dengan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, meninggalkan banyak wilayah dalam kehancuran. Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta orang Palestina mengungsi sebelum wilayah tersebut diserang pada 6 Mei lalu. (Shofiy Nabilah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)