Pimpinan Hizbullah Tegaskan Serangan Pager Langgar Semua Batas Merah

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Foto: EFE-EPA

Pimpinan Hizbullah Tegaskan Serangan Pager Langgar Semua Batas Merah

Fajar Nugraha • 20 September 2024 06:03

Beirut: Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan serangan pager dan walkie-talkie terhadap anggotanya di Lebanon dan Suriah minggu ini melewati ‘semua batas merah’. Hizbullah akan membalas dan tidak gentar dalam perjuangannya melawan Israel untuk mendukung warga Palestina di Gaza.

Dalam pidato pertamanya yang disiarkan di televisi sejak serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya itu, yang terjadi selama dua hari dan menewaskan sedikitnya 37 orang, Nasrallah pada hari Kamis menyebutnya sebagai "pukulan besar dalam hal keamanan dan kemanusiaan.” Tetapi Nasrallah mengatakan mereka telah gagal untuk membuat kelompok itu bertekuk lutut.

Ledakan tersebut, yang oleh kelompok yang didukung Iran tersebut dituduhkan kepada Israel, melukai lebih dari 2.900 orang, 287 di antaranya dalam kondisi kritis, dan telah meningkatkan kekhawatiran bahwa baku tembak hampir setiap hari selama 11 bulan antara Hizbullah dan Israel akan meningkat menjadi perang habis-habisan.

Sesuai dengan banyak serangan sebelumnya, Israel belum mengakui tanggung jawab atau mengomentari ledakan tersebut.

Dalam beberapa minggu terakhir, para pemimpin Israel telah meningkatkan peringatan tentang kemungkinan operasi militer yang lebih besar terhadap Hizbullah, dengan mengatakan bahwa mereka bertekad untuk menghentikan tembakan kelompok tersebut agar puluhan ribu warga Israel dapat kembali ke rumah mereka di dekat perbatasan dengan Lebanon.

Ketika jet Israel melakukan ledakan sonik di atas Lebanon selama pidatonya, Nasrallah menyebut

“Ledakan yang terjadi pada Selasa dan Rabu secara bersamaan adalah tindakan teroris dan deklarasi perang terhadap rakyat Lebanon dan kedaulatan negara,” tegas Nasrallah, seperti dikutip The New York Times, Jumat 20 September 2024.

“Serangan itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah gerakan perlawanan di Lebanon serta dalam sejarah negara kita dan musuh kita,“ imbuhnya.

Namun Nasrallah mengatakan Hizbullah akan terus mendukung warga Palestina di Gaza "tidak peduli apa pun konsekuensinya, apa pun pengorbanannya, apa pun skenario yang akan terjadi".

"Sejak 8 Oktober hingga sekarang, pasukan Israel tidak menarik satu pun personel militer mereka di utara," kata pemimpin Hizbullah dalam pidatonya, memperingatkan bahwa warga Israel yang telah dievakuasi dari daerah itu tidak akan diizinkan untuk kembali.

Ia mengatakan perangkat itu meledak di dalam rumah sakit, pasar, rumah, dan beberapa daerah tempat warga sipil berada dan Israel telah "sengaja" menargetkan 4.000 pager dan 1.000 walkie-talkie dengan tujuan untuk membunuh sebanyak mungkin orang.

Ia menambahkan bahwa beberapa serangan terjadi di rumah sakit, apotek, pasar, toko komersial, dan bahkan rumah, kendaraan pribadi, dan di jalan umum tempat ribuan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, berada.

Nasrallah juga menekankan bahwa serangan itu sebagian digagalkan karena "banyak perangkat tidak berfungsi, dimatikan [atau] dijauhkan".

Ia menambahkan bahwa apa yang terjadi tidak memengaruhi komando, kendali, atau infrastruktur kelompok itu.

"Saya jamin infrastruktur kami tidak tersentuh," tegas Nasrallah.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam konflik yang sebagian besar berskala kecil sejak Israel melancarkan serangan ke Gaza pada 7 Oktober, yang telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina.

Pada akhir Juli, Israel membunuh komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut dan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran hampir bersamaan, yang memicu kekhawatiran akan eskalasi.

Analis politik senior Al Jazeera Marwan Bishara mengatakan kemungkinan akan ada eskalasi lebih lanjut dalam beberapa hari atau minggu mendatang saat Hizbullah menanggapi serangan itu.

"Ia kalah, tetapi ia menantang," Bishara menambahkan, merujuk pada pemimpin Hizbullah. "[Tetapi] itu merupakan pukulan telak bagi Hizbullah. Tidak diragukan lagi.”

Ali Hashem dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Lebanon, mengatakan pada akhirnya “tidak ada yang terungkap” tentang bagaimana Hizbullah akan menanggapi serangan tersebut.

“Setelah pidato Nasrallah, kita tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi,” kata Hashem.

“Namun pada saat yang sama, ada sesuatu yang terasa ambigu ketika ia berbicara tentang menjaga akuntabilitas atau pembalasan dalam lingkaran yang sangat kecil. Saya pikir ia berbicara tentang penyelidikan dalam organisasi, dalam Hizbullah,” imbuh Hashem.

Analis Sultan Barakat menunjukkan bahwa Nasrallah tidak memberikan indikasi yang jelas bagaimana kelompok itu akan membalas.

“Kami mendapat jawaban darinya bahwa ia pasti akan kembali tetapi tanpa mengatakan kapan dan bagaimana,” Barakat, seorang profesor kebijakan publik di Universitas Hamad Bin Khalifa di Qatar, mengatakan kepada Al Jazeera, seraya menambahkan bahwa pidato tersebut bertujuan untuk menghadirkan “kemenangan parsial” bagi Hizbullah.

Sementara itu, dua tentara Israel tewas dan beberapa lainnya cedera dalam serangan Hizbullah di Israel utara pada hari Kamis.

Tentara Israel juga mengumumkan serangan baru terhadap target Hizbullah di Lebanon "untuk melemahkan kemampuan dan infrastruktur teroris Hizbullah", seraya menambahkan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan itu merupakan bagian dari upaya untuk memulangkan warga Israel yang mengungsi ke rumah mereka di utara.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)