Ilustrasi transisi energi. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 12 June 2023 16:58
Riyadh: Transisi energi berkelanjutan dan langkah-langkah untuk mengurangi dampak perubahan iklim menjadi agenda utama di Forum Bisnis Arab-Tiongkok ke-10. Panelis di acara tersebut menggarisbawahi berinvestasi dalam keberlanjutan tidak secara inheren berarti mengurangi investasi dalam minyak dan gas.
Berbicara di sebuah panel tentang energi bersih dan terbarukan serta jalur untuk mengurangi emisi, Wakil Presiden Senior Strategi di Saudi Aramco Yasser Mufti menekankan orang-orang di industri telah salah memahami istilah transisi energi.
“Bagaimana kita melihat transisi energi, ini adalah transisi menuju emisi yang lebih rendah, bukan transisi yang harus jauh dari minyak dan gas karena definisi tersebut telah diadopsi, sayangnya, oleh beberapa orang di industri ini,” jelasnya dikutip dari Channel News Asia, Senin, 12 Juni 2023.
Panelis lain dari King Abdullah Petroleum Studies and Research Center Arab Saudi mengatakan dunia membutuhkan investasi besar untuk mencapai tujuan transisi energinya.
“Estimasi kami untuk investasi yang dibutuhkan dalam 30 tahun ke depan hingga 2050 adalah antara $3 triliun hingga USD8 triliun per tahun,” kata Presiden KAPSARC Fahad Al-Ajlan.
Dia menambahkan hal Itu setara dengan sekitar 3-8 persen dari produk domestik bruto global. "Saat ini, investasi energi bersih mencapai sekitar USD1 triliun, membuat kami kekurangan tujuan yang perlu kami tetapkan,” tegas dia.
Sementara sektor minyak dan gas mengalami penurunan investasi sebesar 50 persen, dia mengklarifikasi ini tidak menunjukkan pergeseran langsung menuju investasi berkelanjutan.
“Kami masih membutuhkan minyak dan gas untuk memastikan bahwa kami memiliki ketahanan dan keterjangkauan energi,” tegasnya.
Sementara energi terbarukan memainkan peran penting dalam transisi, pakar industri menekankan bahwa itu mencakup transformasi yang lebih luas dari seluruh sistem energi, termasuk pembangkit, distribusi, penyimpanan, dan konsumsi energi.