Zelensky Inginkan Jaminan Keamanan dari NATO dan Tambahan Senjata

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Foto: EFE-EPA

Zelensky Inginkan Jaminan Keamanan dari NATO dan Tambahan Senjata

Fajar Nugraha • 2 December 2024 13:28

Kyiv: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu 1 Desember 2024 mengatakan bahwa negaranya membutuhkan jaminan keamanan dari NATO. Dia mengingikan lebih banyak senjata untuk membela diri sebelum memulai pembicaraan dengan Rusia.

Pernyataan tersebut disampaikannya setelah bertemu dengan kepala diplomasi baru Uni Eropa, Kaja Kallas, dan Ketua Dewan Uni Eropa, Antonio Costa, yang mengunjungi Kyiv sebagai bentuk dukungan pada hari pertama mereka menjabat.

"Undangan bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO adalah hal yang diperlukan untuk kelangsungan hidup kami," kata Zelensky dalam konferensi pers bersama Costa, seperti dikutip AFP, Senin 2 Desember 2024.

Ukraina menghadapi musim dingin yang berat, dengan Rusia meluncurkan serangan besar-besaran yang menghancurkan jaringan listriknya dan pasukan Kyiv yang kelelahan kehilangan posisi di garis depan.

Pertanyaan juga muncul mengenai masa depan dukungan AS setelah Donald Trump menjabat sebagai presiden pada Januari, dengan kekhawatiran bahwa ia bisa memaksa Kyiv untuk membuat konsesi yang menyakitkan demi mencapai kesepakatan perdamaian yang cepat.

Zelensky mengatakan bahwa negaranya harus berada dalam “posisi yang kuat” sebelum melakukan pembicaraan dengan Kremlin, dan menyerukan “langkah maju dengan NATO” dan “sejumlah besar” senjata jarak jauh untuk mempertahankan diri.

“Hanya ketika kita memiliki semua hal ini dan kita kuat, setelah itu, kita harus membuat agenda yang sangat penting agenda pertemuan dengan salah satu pembunuh,” kata pemimpin Ukraina, menambahkan bahwa Uni Eropa dan NATO harus dilibatkan dalam negosiasi apa pun.

Costa mengatakan Uni Eropa akan memberikan dukungan "tanpa syarat" kepada Ukraina.

"Kami telah berdiri bersama Anda sejak hari pertama perang agresi ini, dan Anda dapat mengandalkan kami untuk terus berdiri bersama Anda," kata Costa kepada Zelensky.

Tim kepemimpinan baru Uni Eropa ingin menunjukkan ketegasan mereka dalam mendukung Kyiv di saat yang berbahaya bagi Ukraina, hampir tiga tahun sejak perang melawan invasi Rusia dimulai.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam minggu ini untuk menyerang gedung-gedung pemerintah di Kyiv dengan rudal barunya, Oreshnik, setelah AS memberikan izin kepada Ukraina untuk menembakkan rudal jarak jauh ATACMS ke Rusia untuk pertama kalinya.

Sebuah pesawat tak berawak Rusia menjatuhkan bahan peledak ke sebuah bus di wilayah Kherson selatan pada Minggu, menewaskan tiga orang, kata pihak berwenang, sementara tentara Rusia mengklaim telah merebut dua desa garis depan baru di wilayah timur.

Gencatan senjata?

Zelensky pada Jumat tampaknya mulai mempertaruhkan posisinya menjelang kemungkinan adanya perundingan perdamaian.

Ia meminta NATO untuk menawarkan perlindungan terjamin ke wilayah Ukraina yang dikuasai Kyiv guna "menghentikan tahap panas perang", dan menyiratkan bahwa ia kemudian bersedia menunggu untuk mendapatkan kembali wilayah lain yang direbut Rusia.

"Jika kita mengalami konflik yang membeku tanpa posisi yang kuat bagi Ukraina, Putin akan kembali dalam dua, tiga atau lima tahun," kata Zelensky pada Minggu.

Kallas mengatakan kepada wartawan dalam perjalanan ke Ukraina bahwa bagi Kyiv "jaminan keamanan terkuat adalah keanggotaan NATO".

"Kita perlu membahas ini secara tuntas - jika Ukraina memutuskan untuk menarik garis batas, lalu bagaimana kita dapat mengamankan perdamaian sehingga Putin tidak bertindak lebih jauh lagi," kata Zelensky.

Namun, para diplomat di NATO mengatakan tampaknya kecil kemungkinan aliansi itu akan segera memberikan keanggotaan kepada Ukraina mengingat adanya penentangan dari sejumlah anggota yang khawatir terseret ke dalam perang dengan Rusia.

Zelensky menegaskan Kyiv tidak "berkhayal" tentang prospeknya dengan NATO dan mengakui ada keengganan yang mendalam dari Presiden AS Joe Biden, bersama dengan para pemimpin di negara-negara seperti Hungaria.


Bahas transaksional

Kallas mengatakan Uni Eropa "tidak seharusnya mengesampingkan apa pun" dalam hal pengiriman pasukan Eropa untuk membantu menegakkan gencatan senjata.

"Kita seharusnya memiliki ambiguitas strategis terkait hal ini," katanya.

Trump telah menimbulkan keraguan mengenai kelanjutan bantuan besar Washington untuk Ukraina dan meminta negara-negara Uni Eropa untuk berbuat lebih banyak.

Eropa bersama-sama telah menghabiskan sekitar USD125 miliar untuk mendukung Ukraina sejak invasi Rusia tahun 2022, sementara Amerika Serikat sendiri telah mengeluarkan lebih dari USD90 miliar, menurut pelacak dari Institut Kiel.

Kallas mengatakan Uni Eropa akan menggunakan "bahasa transaksional" untuk mencoba meyakinkan Trump bahwa dukungan terhadap Kyiv adalah demi kepentingan AS.

"Bantuan untuk Ukraina bukan ama. Kemenangan Rusia jelas akan membuat Tiognkok, Iran, dan Korea Utara semakin berani,” pungkas Kallas. (Antariska)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)