Dewan Redaksi Media Group Ahmad Punto. Foto: MI/Ebet.
Media Indonesia • 30 May 2024 05:52
AMERIKA Serikat (AS) boleh saja bangga menjadi negara adidaya atau adikuasa. Julukan atau status itu didapatkan karena begitu dominannya pengaruh AS, baik dalam politik, militer, ekonomi, maupun teknologi, di kancah global. Hampir semua negara saat ini punya ketergantungan terhadap AS, entah di sektor ekonomi, politik, atau mana pun.
Namun, kredo 'di atas langit ada langit' rupanya berlaku di sini. Di atas negara adidaya, ada negara yang lebih digdaya. Negara itu bukan Tiongkok, bukan pula Rusia, melainkan Israel, sekutu kesayangan negeri yang dijuluki 'Paman Sam'. Israel yang dari segi mana pun kekuatannya tak seberapa ketimbang AS selalu bisa membuat negara adikuasa itu tertunduk takluk.
AS yang sekuasa itu di percaturan dunia, konon seperti singa yang menguasai rimba raya, seketika bisa menjadi kucing di hadapan Israel. Sang raja yang galak dan arogan terhadap kekuatan lain yang berpotensi menyaingi kuasa mereka tiba-tiba menjadi penurut jika negara Zionis itu sudah merajuk.
Dalam isu atau peristiwa apa pun, AS selalu tampil paling depan sebagai pembela Israel. Bahkan, ketika yang ditunjukkan Israel ialah kebiadaban dan kejahatan kemanusiaan, mereka selalu punya dalih untuk membela, bahkan memberi dukungan. Apa yang mereka tunjukkan selama tujuh bulan lebih membela kebrutalan tentara Zionis di Gaza, Palestina, ialah contoh betapa menurutnya AS kepada kehendak Israel.
Sejak mula serbuan Israel ke Gaza, Oktober 2023, tak sekalipun AS berpaling dari sikap mereka mendukung Israel. Berkali-kali mereka memamerkan dukungan itu secara vulgar.Dii awal-awal konflik, AS melalui Menteri Luar Negeri Antony Blinken bahkan tak ragu membela tindakan militer Israel di Gaza. Blink mengatakan serangan Israel tersebut bukan pembalasan, melainkan langkah defensif.
Ketika Israel kian brutal, AS bergeming. Yang dibela makin biadab, yang membela bebal. Klop sudah. Pada Desember 2023, AS kembali berulah dengan malah memveto resolusi Dewan Keamanan PBB. Padahal resolusi itu meminta penerapan gencatan senjata untuk menyelesaikan konflik antara Israel dan kelompok militan Hamas.
| Baca juga: 'All Eyes on Rafah' Menggema di Media Sosial |