Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan mencapai 5,1 persen. Angka tersebut berada dalam kisaran target pertumbuhan tahun ini yang dipatok 5,0 persen hingga 5,3 persen.
"Kami melihat di kuartal tiga masih bisa tumbuh di 5,1 persen dan keseluruhan tahun kami perkirakan growth dari PDB (Produk Domestik Bruto) masih di 5,1 persen," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu, 25 Oktober 2023.
Prakiraan pertumbuhan itu serupa dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari berbagai lembaga internasional. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksikan ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,0 persen di tahun ini dan 5,0 persen di 2024.
Kemudian Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,0 persen di 2023 dan melambat menjadi 4,9 persen di tahun depan. Sementara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,9 persen tahun ini dan naik menjadi 5,2 persen di 2024.
"Bloomberg Consensus 5,0 persen. Ini berarti di kuartal akhir diperkirakan masih akan bertahan," yakin Sri Mulyani.
Baca juga: APBN Kembali Cetak Surplus di September 2023
Masih kuat meski ada tekanan eksternal
Sri Mulyani juga meyakini ekonomi Indonesia masih tumbuh cukup baik di tengah banyaknya tekanan eksternal. Kondisi perekonomian domestik Indonesia dinilai masih berdaya tahan. Indeks keyakinan konsumen (IKK) misalnya, berada di level yang cukup optimis, yaitu 121,7 pada September 2023.
Lalu Mandiri Spending Index di periode yang sama menunjukkan angka 35,5. Sementara indeks penjualan riil juga masih mencatatkan pertumbuhan positif, yakni di angka satu persen. Selain itu Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansif pada bulan kesembilan 2023, yakni 52,3.
Sedangkan konsumsi listrik untuk bisnis tercatat melambat, yakni 9,4 persen. Bahkan angka pertumbuhan konsumsi listrik industri tercatat minus 0,3 persen.
"Ini harus kita lihat, karena PMI
manufaktur positif, tapi konsumsi listrik industri negatif. Harus diwaspadai apakah dampak RRT mulai ke sini," jelas Sri Mulyani.
Kemudian indikator lain yang mencerminkan perekonomian dalam negeri masih cukup berdaya tahan ialah konsumsi semen yang masih tumbuh positif. Dari data Kemenkeu, konsumsi semen pada September 2023 tercatat tumbuh melambat 4,9 persen.
Beragam indikator itu, kata Sri Mulyani, menjadi dasar optimisme pertumbuhan perekonomian dalam negeri di tahun ini. "Meski dengan situasi menekan dan dinamis, konsumsi terjaga
confidence, kita jaga stabilitas ekonomi melalui berbagai alat yang kita miliki," tegas dia.
(M ILHAM RAMADHAN)