Mata Uang Yen Jepang. Foto: Unsplash.
Tokyo: Melemahnya mata uang yen membantu melanjutkan rekor laju pariwisata negeri Sakura itu. Hal ini membuat Jepang dikunjungi lebih dari tiga juta pengunjung selama tiga bulan berturut-turut pada Mei.
Melansir
Channel News Asia, Kamis, 20 Juni 2024, menurut data dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), jumlah pengunjung asing untuk keperluan bisnis dan liburan adalah 3,04 juta pada bulan lalu, stabil dari tingkat pada April, dan sedikit turun dari rekor bulanan sepanjang masa pada Maret.
Namun kunjungan wisatawan pada bulan lalu meningkat 60 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan 9,6 persen lebih tinggi dibandingkan Mei 2019. Jepang mencatat rekor jumlah pengunjung sebanyak 31,9 juta orang pada 2019 sebelum pandemi covid-19 menutup perbatasan global.
Lemahnya yen, yang berada pada level terendah dalam 34 tahun terhadap dolar, membantu memicu ledakan pariwisata di Jepang. Hal ini merupakan kabar baik bagi perekonomian, karena wisatawan menghabiskan pengeluaran sebesar 1,75 triliun yen (USD11,1 miliar) pada kuartal pertama 2024.
Namun kedatangan wisatawan ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya overtourism di tempat-tempat wisata yang ramai dikunjungi. Pada Kamis, 20 Juni 2024, Walikota Himeji di Jepang Barat melontarkan gagasan mengenakan biaya tiga kali lipat dari biaya standar 1.000 yen untuk memasuki kastil era samurai yang terkenal di kota.
Saat menjelaskan tarif baru untuk mengekang kepadatan di Gunung Fuji yang suci di Jepang, Gubernur Prefektur Yamanashi Kotaro Nagasaki mengatakan negaranya harus fokus untuk menarik pengunjung dengan pengeluaran lebih tinggi dibandingkan jumlah orang yang banyak.
Wisatawan Tiongkok lebih rendah
Wisatawan Tiongkok, yang sebelumnya merupakan kelompok wisatawan Jepang terbesar, masih 30 persen lebih rendah dibandingkan tingkat sebelum pandemi. Namun wisatawan dari negara lain justru mengalami penurunan, seperti pengunjung dari India yang mencapai rekor bulanan pada Mei.
Direktur Pemasaran Tourist Japan Dalia Feldman mengatakan perusahaannya mengalami peningkatan permintaan dari India sebesar 11 kali lipat pada tahun lalu, sementara permintaan dari Uni Emirat Arab meningkat hampir delapan kali lipat.
"Tampaknya masakan Jepang dan pemandangan alam lah yang paling menarik perhatian mereka. Sebagian besar pelanggan kami di India dan UEA akan meminta untuk memasukkan lebih banyak tur kuliner ke dalam rencana perjalanan mereka serta perjalanan eksternal ke daerah terpencil dan indah," tambah Feldman.