Ilustrasi. Foto: dok MI/Andri Widiyanto.
M Ilham Ramadhan Avisena • 16 July 2024 15:36
Jakarta: Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali mempertahankan BI-rate tetap di level 6,25 persen. Itu didasari dengan pertimbangan atas ketidakpastian global dan domestik yang sedang berlangsung, kendati indikator-indikator ekonomi Amerika Serikat menunjukkan pelemahan.
Ekonom dari Bank Permata Josua Pardede mengatakan, di dalam negeri tingkat inflasi cenderung terkendali lantaran peningkatan pasokan pangan setelah musim panen raya.
Selain itu, neraca perdagangan masih mencatat surplus, meskipun menyempit, sehingga mendorong berlanjutnya defisit neraca transaksi berjalan (CAD) meskipun masih dalam level yang terkendali. Faktor-faktor tersebut berkontribusi pada stabilitas ekonomi.
Namun, risiko-risiko muncul dari meningkatnya ketidakpastian mengenai keberlanjutan fiskal, yang berasal dari perbedaan pendapat mengenai utang publik dan defisit fiskal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya twin deficit, dengan melebarnya defisit neraca transaksi berjalan dan defisit fiskal.
"Isu-isu tersebut dinilai memicu sentimen risk-off, yang berpotensi membatasi aliran modal masuk dan memengaruhi stabilitas rupiah," ujar Josua melalui keterangan tertulis, Selasa, 16 Juli 2024.
Secara global, indikator-indikator ekonomi AS baru-baru ini mengonfirmasi perlambatan ekonomi AS, dengan sektor manufaktur dan jasa yang mengalami kontraksi, disinflasi yang terus berlanjut, dan pasar tenaga kerja yang melemah.
Namun, ketidakpastian global juga cenderung meningkat, terutama terkait dengan kondisi politik di Zona Euro dan AS. Perubahan kepemimpinan di Inggris dan Prancis telah membuat investor lebih berhati-hati karena mereka menilai kembali potensi dampak dari kebijakan ekonomi baru di pasar keuangan, terutama pasar obligasi.
Selain itu, upaya penembakan terhadap Trump telah meningkatkan peluangnya untuk memenangkan pemilu AS yang akan datang, meningkatkan ketidakpastian pasar karena kemungkinan kebijakannya seperti kebijakan perdagangan yang restriktif dan pemotongan pajak yang diusulkan, yang dapat meningkatkan inflasi.
Baca juga: BI Diminta Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6,25%, Ini Alasannya |