Presiden AS Donald Trump bertemu Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan. (CNN)
Willy Haryono • 1 November 2025 08:21
Gyeongju: Para pemimpin dari 21 negara Asia dan kawasan Pasifik dijadwalkan menutup forum ekonomi tahunan mereka pada Sabtu, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping mencapai kesepakatan gencatan sementara dalam perang dagang mereka. Mengutip dari Ottumwa Courier, Sabtu, 1 November 2025, perkembangan ini disambut dengan kelegaan di berbagai penjuru dunia.
KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) tahun ini berlangsung di kota Gyeongju, Korea Selatan, dan sebagian besar dibayangi pertemuan Trump-Xi pada Kamis lalu yang menghasilkan kesepakatan untuk menurunkan tensi dan meninjau ulang langkah-langkah perdagangan yang sebelumnya memicu ketegangan.
Pertemuan tingkat tinggi itu digelar di sela-sela KTT APEC. Trump, yang dikenal skeptis terhadap multilateralisme, segera meninggalkan Korea Selatan setelah mencapai kesepakatan dengan Xi, memberi peluang bagi presiden Tiongkok tersebut untuk mencuri perhatian di KTT APEC.
Dalam sesi pembukaan KTT APEC pada Jumat, Xi menegaskan bahwa Tiongkok akan mendukung perdagangan bebas global dan stabilitas rantai pasok, langkah yang dinilai sebagai upaya menempatkan negaranya sebagai alternatif terhadap kebijakan proteksionis Trump.
Dalam pernyataan tertulis yang dikirim ke pertemuan CEO yang diselenggarakan bersamaan dengan KTT APEC, Xi menyebut, “Berinvestasi di Tiongkok berarti berinvestasi pada masa depan.”
Pada Jumat, Xi juga mengadakan pertemuan bilateral dengan para pemimpin Jepang, Kanada, dan Thailand. Ia dijadwalkan bertemu Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung pada Sabtu ini untuk membahas upaya denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea.
Agenda tersebut memicu kemarahan Korea Utara yang bukan anggota APEC. Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara, Pak Myong-ho, pada Sabtu ini mengecam Seoul karena “bermimpi di siang bolong” mengenai denuklirisasi negaranya.
Ia menegaskan bahwa Pyongyang akan menunjukkan betapa gagasan itu hanyalah “ilusi yang takkan pernah terwujud.” Pernyataan tersebut dinilai sebagai upaya menekan Korea Selatan dan Tiongkok menjelang pertemuan bilateral Xi-Lee.
Trump sebelumnya beberapa kali menyatakan keinginannya untuk bertemu Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un selama kunjungannya ke Korea Selatan, namun belum mendapat tanggapan. Trump dan Kim telah bertemu tiga kali pada 2018–2019, tetapi diplomasi nuklir mereka akhirnya gagal.
Korea Utara sejak itu bersumpah tidak akan menempatkan program nuklirnya di meja perundingan, meski para analis menilai Pyongyang mungkin akan berusaha memperoleh pelonggaran sanksi sebagai imbalan atas penyerahan sebagian program tersebut.
Pertemuan APEC pada Jumat kemarin berfokus pada peningkatan perdagangan dan investasi, sementara sesi Sabtu diperkirakan akan menyoroti kecerdasan buatan, tantangan demografis, serta strategi pertumbuhan baru.
Sebagai tuan rumah, Korea Selatan berupaya agar para anggota dapat mengadopsi deklarasi bersama pada akhir sesi hari kedua. Pada KTT APEC 2018 di Papua Nugini, para anggota gagal menyepakati deklarasi bersama akibat perbedaan tajam antara AS dan China terkait isu perdagangan.
Pejabat Korea Selatan sebelumnya mengakui bahwa pernyataan bersama yang kuat untuk mendukung perdagangan bebas kemungkinan sulit dicapai karena perbedaan posisi di antara anggota APEC.
Didirikan pada 1989, APEC mengusung prinsip perdagangan dan investasi yang bebas serta terbuka untuk mempercepat integrasi ekonomi kawasan. Namun kawasan APEC kini menghadapi tantangan besar seperti rivalitas strategis AS-Tiongkok, gangguan rantai pasok, populasi menua, dan dampak kecerdasan buatan terhadap dunia kerja.
Strategi AS di bawah Trump bergeser dari kerja sama menuju kompetisi ekonomi dengan Tiongkok, dengan kenaikan tarif dan agenda “America First” yang mengguncang pasar global serta mengancam puluhan tahun globalisasi dan multilateralisme.
Baca juga: Bertemu 1 Jam 40 Menit, Ini Poin-poin yang Dibicarakan Trump dan Xi Jinping