Kemenag: Para Dai di Wilayah 3T Ujung Tombak Dakwah Islam

Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, bersama tiga dai yang mendapatkan penghargaan. Dok. Kemenag

Kemenag: Para Dai di Wilayah 3T Ujung Tombak Dakwah Islam

Achmad Zulfikar Fazli • 24 May 2025 20:45

Jakarta: Sebanyak tiga dai yang mengabdi di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) menerima penghargaan dari Kementerian Agama (Kemenag) dalam ajang Anugerah Syiar Ramadan (ASR) 2025 di Auditorium H.M. Rasjidi, Kantor Kemenag, Jakarta, Jumat, 23 Mei 2025. Ketiga dai tersebut adalah Atropal Asparina, Abdul Latif, dan Aji Suprapto.

Para pendakwah tersebut menunjukkan dedikasi dan ketulusan dalam menjalankan dakwah Islam yang membumi dan berdampak di daerah 3T. Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, menyebut penghargaan ini merupakan bentuk penghormatan atas peran para dai sebagai ujung tombak dakwah Islam di pelosok negeri.

“Para dai yang bertugas di wilayah 3T adalah ujung tombak dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin di pelosok negeri. Mereka hadir mengisi ruang kosong dakwah dengan pendekatan yang edukatif dan moderat,” ujar Zayadi, Jakarta, dilansir pada Sabtu, 24 Mei 2025.

Dia menjelaskan penilaian Dai 3T Inspiratif dilakukan tim internal Subdirektorat Dakwah dan HBI berdasarkan laporan kegiatan para dai. Ketiga dai yang terpilih dinilai dari program dakwah yang inovatif.

Dakwah yang Membumi

Aji Suprapto, 35, dai asal asal Bekasi, tidak menyangka namanya akan disebut di panggung ASR. Selama Ramadan, dia mengabdi di Kampung Zakat, Desa Selajambe, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dia hanya menjalani misi dakwah dengan sepenuh hati, tanpa pernah membayangkan akan mendapat penghargaan.

“Saya benar-benar terharu. Tidak pernah punya ekspektasi apa pun. Ini rezeki yang datang dari arah yang tak disangka,” kata dia.

Bagi Aji, dakwah adalah jalan pengabdian. Dia menjangkau masyarakat desa dengan pendekatan yang membumi dan humanis. Dia menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami, menyelipkan nilai-nilai Islam dalam percakapan sehari-hari, dan menyapa masyarakat tidak hanya di masjid, tetapi juga di sawah, warung kopi, serta kegiatan gotong royong.

Metode yang dia gunakan menekankan pada dakwah kultural, yakni mendekati masyarakat melalui adat dan tradisi setempat. Dia tidak datang dengan pendekatan formal dan menggurui, melainkan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
 
Baca Juga: 

Anugerah Syiar Ramadan 2025 Diikuti 111 Lembaga Penyiaran


Aji juga aktif menggelar pengajian keluarga dari rumah ke rumah, pelatihan ibadah praktis untuk remaja dan lansia, serta kegiatan sosial, seperti berbagi sembako, bersih-bersih masjid, dan bimbingan keluarga sakinah.

“Saya tidak ingin mereka hanya mendengar ceramah, tetapi juga merasakan manfaat kehadiran dai dalam kehidupan sehari-hari,” jelas dia.

Berdakwah di Tanah Siaga

Di ujung timur Indonesia, tepatnya di Kabupaten Keerom, Papua, dai Atropal Asparina, 32, menjalankan tugas dakwah di tengah suasana siaga. Selama Ramadan 2025, TNI menginstruksikan masyarakat tidak melakukan takbiran keliling, pemukulan beduk, atau kegiatan lain menjelang Idulfitri, demi menjaga keamanan.

Meski kondisi darurat, Atropal tidak surut langkah. Dia tetap berpindah dari satu masjid ke masjid lainnya, menyampaikan ilmu fikih dan membina masyarakat. Salah satu fokusnya adalah edukasi pengurusan jenazah.

“Di sana, angka kematian ibu hamil dan anak tinggi karena malaria. Tapi harga kain kafan bisa sampai satu juta rupiah. Saya berusaha menghubungkan Dompet Dhuafa Papua dengan Jawa untuk membantu pengadaan kain kafan,” ungkap dia.

Tawarkan Al-Qur’an sebagai Obat Jiwa

Abdul Latif, 37, dai asal Banten, menyampaikan syiarnya ke Desa Wayabula, Pulau Morotai, Maluku Utara. Di wilayah ini, dia mendapati kebutuhan keagamaan masyarakat lebih bersifat spiritual daripada ritual.

Setelah berdialog dengan tokoh adat dan pemerintah setempat, Latif memilih pendekatan tasawuf. Dia memperkenalkan konsep Al-Qur’an sebagai obat, baik untuk jiwa maupun kehidupan sosial.

“Di sini, masyarakat sangat merespons pendekatan yang menenangkan dan menyentuh batin. Mereka membutuhkan kedamaian,” tutur dia.

Latif berharap jumlah dai yang ditugaskan ke wilayah 3T bisa terus ditambah. “Kalau tahun ini ada seribu dai, mudah-mudahan tahun depan lebih banyak lagi. Masyarakat sangat membutuhkan kehadiran mereka,” ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)