Bom Paralayang Hantam Festival Buddha di Myanmar, 24 Orang Tewas

Adegan persembahan lilin di Monywa selama periode Thadingyut tahun 2024. (Komite Pimpinan Pemogokan Jalan Monywa-Keik via BBC Myanmar)

Bom Paralayang Hantam Festival Buddha di Myanmar, 24 Orang Tewas

Riza Aslam Khaeron • 8 October 2025 13:37

Naypyidaw: Sedikitnya 24 orang tewas dan 47 lainnya luka-luka dalam serangan udara yang terjadi saat perayaan festival Buddha di wilayah tengah Myanmar.

Serangan tersebut terjadi pada Senin malam, 6 Oktober 2025, ketika sekitar 100 orang tengah mengikuti acara nyala lilin untuk merayakan hari libur nasional Thadingyut di Kotapraja Chaung U, wilayah Sagaing.

Melansir BBC, serangan dilakukan oleh paralayang bermesin yang menjatuhkan dua bom ke arah kerumunan. Serangan ini terjadi hanya dalam waktu tujuh menit, menurut keterangan seorang anggota Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) lokal yang terluka dalam insiden tersebut. 

"Ledakannya melukai kaki saya. Orang-orang di sekitar saya ada yang tewas," ujarnya.

Serangan tersebut langsung menimbulkan kekacauan. Sejumlah jasad sulit dikenali karena kondisi tubuh korban yang hancur. Melansir BBC, seorang perempuan yang turut menjadi panitia acara mengatakan bahwa anak-anak termasuk di antara korban. 

"Anak-anak benar-benar hancur. Kami masih mengumpulkan potongan tubuh hingga keesokan harinya," ungkapnya usai menghadiri pemakaman massal pada Selasa.

Chaung U berada di wilayah Sagaing, salah satu pusat perlawanan terhadap junta sejak kudeta 2021. Wilayah ini banyak dikuasai oleh milisi rakyat dan menjadi target operasi militer secara intensif.
 

Baca Juga:
Setidaknya 23 Orang Tewas Karena Serangan Udara di Vihara Myanmar

PDF yang aktif di sana juga mengelola pemerintahan lokal dan telah menerima informasi intelijen tentang potensi serangan udara, namun tak sempat mengevakuasi warga sebelum paramotor tiba lebih cepat dari perkiraan.

Amnesty International mengecam keras insiden ini dan menyebut penggunaan paramotor untuk menjatuhkan bom sebagai bagian dari tren kekerasan baru yang mengkhawatirkan.

Menurut Joe Freeman, peneliti Myanmar di Amnesty International, "Serangan ini seharusnya menjadi peringatan mengerikan bahwa warga sipil Myanmar membutuhkan perlindungan segera."

BBC Burmese melaporkan bahwa junta kini semakin sering menggunakan paramotor sebagai pengganti pesawat dan helikopter yang makin sulit didapat akibat sanksi internasional. Namun, pasokan drone dan teknologi militer dari Tiongkok dan Rusia disebut masih memperkuat kemampuan tempur junta.

Vigil nyala lilin yang menjadi sasaran bom itu sejatinya digelar sebagai aksi damai menentang wajib militer yang diberlakukan junta serta menyuarakan tuntutan pembebasan tahanan politik, termasuk pemimpin sipil Aung San Suu Kyi yang dikudeta dan dipenjara. 

Aksi itu juga berlangsung menjelang pemilu nasional yang dijadwalkan Desember 2025. Namun banyak pihak meyakini pemilu itu hanya akan menjadi kedok untuk mempertahankan kekuasaan militer secara sewenang-wenang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)