Sempat Turun, Surplus Dagang Indonesia di Mei Melejit Lagi Jadi USD4,3 Miliar

Ilustrasi kegiatan ekspor impor. Foto: dok MI/Pius Erlangga.

Sempat Turun, Surplus Dagang Indonesia di Mei Melejit Lagi Jadi USD4,3 Miliar

M Ilham Ramadhan Avisena • 1 July 2025 13:49

Jakarta: Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus yang naik secara signifikan pada Mei 2025 menjadi sebesar USD4,30 miliar. Hal tersebut memperpanjang capaian surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
 
Pada bulan sebelumnya, April 2025, Indonesia hanya mampu mencetak surplus perdagangan sebesar USD160 juta. Angka ini terjun bebas dari surplus perdagangan yang dicatatkan Indonesia pada Maret 2025 sebesar USD4,33 miliar.
 
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menyampaikan, surplus Mei ini terutama disumbang oleh komoditas nonmigas yang mencetak surplus USD5,83 miliar.
 
"Komoditas penyumbang surplus utamanya adalah lemak dan minyak hewani atau nabati HS15, bahan bakar mineral atau HS27 serta besi dan baja HS72," jelas Pudji dalam konferensi pers, Selasa, 1 Juli 2025.
 
Di sisi lain, neraca perdagangan komoditas migas pada periode yang sama masih defisit sebesar USD1,53 miliar. Komoditas yang menyumbang defisit terbesar berasal dari hasil minyak dan minyak mentah.
 

Baca juga: Impor Januari-Mei 2025 Indonesia Tumbuh 5,45%, Capai USD96,6 Miliar
 

(Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini. Foto: Tangkapan layar YouTube BPS)
 

Surplus perdagangan Januari-Mei capai USD15,38 miliar

 
Secara kumulatif dari Januari hingga Mei 2025, neraca perdagangan mencatat surplus sebesar USD15,38 miliar. Surplus tersebut ditopang oleh neraca perdagangan nonmigas yang surplus USD23,10 miliar, sementara migas mengalami defisit sebesar USD7,72 miliar.
 
Tiga negara mitra dagang yang memberikan surplus perdagangan terbesar bagi Indonesia adalah Amerika Serikat sebesar USD7,08 miliar, India USD5,30 miliar, dan Filipina USD3,69 miliar.
 
Sebaliknya, defisit terdalam tercatat dari Tiongkok sebesar USD8,15 miliar, Singapura sebesar USD2,79 miliar, dan Australia sebesar USD2,11 miliar.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)