Sochibi, Kepala Desa Melakasari Kecamatan Gebang Cirebon.
Cirebon: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit kencing tikus atau leptospirosis di Desa Melaksari, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon. Ini setelah seorang warga positif terinfeksi penyakit menular tersebut.
Penyakit leptospirosis diketahui berasal dari hewan pengerat seperti tikus, dan dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan urin atau kotoran tikus yang terinfeksi. Gejalanya mirip dengan infeksi virus berat seperti HIV, yakni tubuh lemas, nyeri tulang, dan berpotensi menular antar manusia jika tidak ditangani secara serius.
Kepala Desa Melaksari, Sochibi, mengaku kaget dan heran atas temuan ini. Menurutnya, pihak desa baru mengetahui kasus tersebut dari surat resmi yang diterima pada hari ini, Selasa 10 Juni 2025 lalu.
"Jujur kami merasa kaget sekaligus heran karena seumur-umur baru mendengar adanya kabar tersebut, dan kebetulan terjadi di desa kami. Surat dari Dinkes menyatakan bahwa warga Dusun 01 dinyatakan positif Leptospirosis dan kini tengah dirawat di Rumah Sakit IHC Pelabuhan Cirebon," ungkapnya, Kamis 12 Juni 2025.
Dalam surat edaran itu dijelaskan, bakteri leptospira yang menyerang manusia berasal dari tikus-tikus di sekitar permukiman. Satu warga dinyatakan positif dan gejala yang dialami cukup serius hingga membutuhkan perawatan intensif.
Menanggapi kasus tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon langsung bergerak cepat. Selain menetapkan Desa Melaksari sebagai wilayah KLB, Dinkes juga menurunkan Tim Surveilans dari Puskesmas Gebang untuk melakukan langkah-langkah pencegahan penyebaran bakteri.
"Kami sudah diminta untuk bekerja sama dengan Puskesmas Gebang untuk melakukan sosialisasi kepada warga mengenai bahaya Leptospirosis, penyebab, serta cara pencegahannya," jelas Kuwu Sochibi.
Tak hanya itu, tim dari Puskesmas bersama perangkat desa juga akan melakukan penyelidikan epidemiologi dengan menelusuri area rumah pasien dan sekitarnya. Fokus utama adalah mencari keberadaan tikus yang diduga menjadi sumber penularan bakteri tersebut.
"Kami bersama warga dalam waktu dekat akan melakukan pencarian tikus yang dimaksud sampai ketemu. Kami sangat khawatir akan adanya penularan kembali kepada warga lainnya," tegas Sochibi.
Pemerintah desa sudah mengoordinasikan langkah-langkah pencegahan, termasuk kemungkinan penyemprotan disinfektan dan pengendalian tikus di seluruh dusun, terutama di lingkungan pasien yang positif.
Dengan status KLB yang telah ditetapkan, Desa Melaksari kini berada dalam pengawasan ketat dari Dinas Kesehatan. Masyarakat pun diimbau untuk tetap tenang, tetapi waspada serta aktif mengikuti arahan dari petugas kesehatan. Penyebaran Leptospirosis bisa dicegah jika semua pihak bekerja sama dan bertindak cepat.
"Jangan anggap remeh penyakit ini. Kami akan kejar tikus-tikus itu sampai ketemu," tutur Sochibi.
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira dan umum ditemukan di daerah yang memiliki sanitasi buruk atau sering terjadi banjir. Penularan terjadi melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urin hewan yang terinfeksi, terutama tikus. Gejala awal bisa mirip dengan flu, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Namun dalam kasus yang parah, infeksi ini bisa menyebabkan gangguan hati, ginjal, hingga kematian.