Ilustrasi. Foto: Dok MI
M Ilham Ramadhan Avisena • 15 April 2025 20:14
Jakarta: Kawasan ASEAN+3 dinilai siap menghadapi guncangan perdagangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya, setelah Amerika Serikat mengumumkan kenaikan tarif secara besar-besaran pada 2 April lalu.
Dalam laporan tahunan ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2025 yang dirilis oleh ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), langkah proteksionisme dagang AS yang drastis telah memicu ketidakpastian yang jauh melampaui ekspektasi pasar dan menjadi sorotan utama laporan tersebut.
"Pengumuman tarif yang tinggi dan menyeluruh dari AS, serta perkembangan yang mengikutinya, telah menambah kompleksitas signifikan bagi prospek ekonomi kawasan ASEAN+3," kata Kepala Ekonom AMRO, Hoe Ee Khor dalam keterangannya, Selasa, 15 April 2025.
"Namun demikian, ekonomi ASEAN+3 kini lebih tangguh dan terdiversifikasi dibandingkan saat krisis global sebelumnya, dan lebih siap menghadapi guncangan tarif yang sedang berlangsung," tambahnya.
Dari 14 negara anggota ASEAN+3, sebanyak 13 negara terdampak langsung oleh tarif tinggi dari AS, dengan rata-rata tarif berbobot dagang mencapai 26 persen (di luar Tiongkok). Tarif ini masih bisa berubah dan diperkirakan akan terus berkembang dalam beberapa bulan mendatang.
AMRO menilai langkah ini berpotensi melemahkan arus perdagangan, mengganggu rantai pasok, dan meningkatkan volatilitas pasar keuangan.
Sebelum pengumuman tarif, AMRO memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan bisa menembus empat persen pada 2025 dan 2026, ditopang oleh permintaan domestik yang kuat, pemulihan investasi, dan inflasi yang stabil. Namun dalam skenario awal 'Liberation Day', pertumbuhan 2025 bisa jatuh di bawah empat persen dan turun lagi ke 3,4 persen pada 2026.
Baca juga:
Perang Dagang tak Menentu, RI Kebut Penyelesaian Perundingan IEU-CEPA |