Hamas Tuduh Israel Halangi Evakuasi Pasien dari Gaza

Hamas tuduh Israel langgar gencatan senjata. Foto: Anadolu

Hamas Tuduh Israel Halangi Evakuasi Pasien dari Gaza

Fajar Nugraha • 17 February 2025 11:50

Gaza: Otoritas Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan menghalangi keberangkatan pasien dan korban luka dari Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Salama Marouf, Kepala Kantor Media Hamas, Israel menunda pelepasan daftar perjalanan pasien yang seharusnya berangkat pada gelombang ke-15 evakuasi.

"Pendudukan terus melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan menghambat keberangkatan kelompok ke-15 pasien dan korban luka hari ini. Mereka menunda pelepasan daftar perjalanan, sehingga mencegah mereka menyelesaikan prosedur keberangkatan," ujar Marouf, seperti dikutip dari China.org, Senin 17 Februari 2025.

Sebelumnya, Hamas melaporkan bahwa dalam 12 hari pembukaan perbatasan Rafah, hanya 452 pasien dan korban luka, serta 620 pendamping, yang berhasil meninggalkan Gaza. Jumlah ini jauh di bawah ketentuan perjanjian, yang menetapkan minimal 450 orang per hari, termasuk 150 pasien dan korban luka beserta pendampingnya.

Hamas menegaskan bahwa saat ini terdapat 15.000 orang terluka dan sakit di Gaza yang membutuhkan perawatan medis segera di luar wilayah. Sementara itu, krisis medis di Gaza semakin memburuk akibat kekurangan obat-obatan dan peralatan medis yang diperparah oleh blokade Israel sejak 7 Oktober 2023.

Krisis oksigen di Rumah Sakit Gaza

Selain penghambatan evakuasi medis, otoritas kesehatan Gaza juga memperingatkan krisis oksigen yang semakin parah setelah Israel menghancurkan 10 stasiun oksigen selama konflik berlangsung.

Dalam pernyataan resminya, otoritas kesehatan menyebut bahwa hancurnya fasilitas oksigen telah menyebabkan kekurangan akut di rumah sakit, terutama di kompleks medis utama seperti Al-Shifa Medical Complex, Rumah Sakit Al-Rantisi, Rumah Sakit Al-Durra, Kompleks Medis Al-Nasr, dan Rumah Sakit Indonesia.

"Sepuluh stasiun oksigen yang dihancurkan sebelumnya memasok kebutuhan vital bagi berbagai departemen rumah sakit, termasuk ruang operasi, unit perawatan intensif, unit gawat darurat, serta inkubator bayi yang baru lahir," demikian pernyataan otoritas kesehatan Gaza.

Lebih lanjut, mereka menuduh Israel mencegah masuknya stasiun oksigen baru ke wilayah Gaza, yang dapat memperburuk situasi kesehatan dan mengancam nyawa para pasien.

"Jika pasokan oksigen tetap terhalang, krisis ini akan mencapai tingkat yang sangat berbahaya dan beresiko besar bagi keselamatan pasien," tambah pernyataan tersebut. 

Otoritas kesehatan Gaza meminta bantuan segera dari organisasi internasional untuk memfasilitasi masuknya oksigen serta peralatan medis lainnya.


Korban jiwa terus bertambah

Di tengah situasi yang semakin kritis, otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, rumah sakit menerima tujuh jenazah baru, termasuk enam korban yang ditemukan di bawah reruntuhan serta satu korban tewas terbaru. Selain itu, terdapat lima orang yang mengalami luka-luka akibat serangan terbaru.

Sejak konflik meletus pada 7 Oktober 2023, jumlah korban warga Palestina tewas di Gaza telah meningkat menjadi 48.219 orang, sementara 111.665 lainnya mengalami luka-luka, menurut data terbaru yang dirilis oleh otoritas kesehatan Gaza.

Dengan meningkatnya angka korban dan semakin memburuknya kondisi kesehatan di wilayah tersebut, berbagai pihak menyerukan tindakan segera untuk memastikan bantuan medis dapat masuk ke Gaza tanpa hambatan.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)