Ilustrasi energi baru terbarukan. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 30 January 2025 11:51
Jakarta: Tenaga Ahli Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Satya Hangga Yudha menyatakan optimistis Indonesia mampu mencapai transisi energi yang berkelanjutan dan memenuhi target emisi karbon yang ditetapkan. Namun proses transisi itu diakui akan dilakukan berdasarkan batas kemampuan nasional dan merujuk pada standar yang diterapkan negara-negara maju.
"Transisi energi harus bertahap. Kita akan beralih ke energi baru terbarukan (EBT), tetapi hingga saat ini batu bara masih menjadi sumber energi yang kompetitif dan murah. Maka untuk supaya kita konsisten dengan penurunan emisi karbon di PLTU batu bara, maka perlu dilakukan Co-Firing dengan biomassa dan ke depan dengan teknologi CCS dan CCUS," kata Hangga seperti dikutip dari keterangan pers, Kamis, 30 Januari 2025.
Terkait tugasnya sebagai Tenaga Ahli Menteri ESDM, Hangga menyatakan amanah tersebut dalam kapasitas membantu Menteri dan Wakil Menteri dalam menjalankan tugas-tugasnya yang selaras dengan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden RI yaitu Asta Cita 2 dan 5 tentang swasembada energi dan hilirisasi.
"Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Indonesia akan mengembangkan energi baru terbarukan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil," kata Tenaga Ahli dalam bidang Komersialisasi dan Transportasi Minyak dan Gas Bumi ini.
"Dari sekarang hingga 2040, lebih dari 100 GW kapasitas energi akan dibangun dimana 75 persen akan berasal dari energi terbarukan, 5 GW dari nuklir, dan 20 GW dari gas," imbuh mantan Analis Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi di SKK Migas.
Dengan adanya Keppres Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional yang dipimpin langsung oleh Menteri ESDM, Hangga berharap ini bisa meningkatkan investasi, hilirisasi, dan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan nilai tambah pada komoditas Indonesia.
"Indonesia harus bisa beralih dari bahan bakar fosil ke EBT untuk mencapai Paris Agreement 2030 dan juga NZE di 2060. Coal phase down menjadi penting namun harus ada solusi," tegas dia.
Menurut alumnus Michigan State University dan New York University ini, PLTU akan dipensiunkan tetapi harus ada penggantinya. Sumber energi yang bisa menjadi base load, yang murah, dan dapat diakses oleh masyarakat baik itu co-firing dengan biomassa, gas, maupun EBT.
"Menteri ESDM sudah mengeluarkan Kepmen B40 dan kami berharap Kepmen tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Tahun depan targetnya akan meningkat ke B50 dan seterusnya sampai B100," ujar Hangga.
Baca juga: Di WEF, Rosan Ungkap Potensi Energi Bersih Indonesia |