Beijing: Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menyalahkan Tiongkok atas pandemi Covid-19. Melansir CNN, Rabu, 30 April 2025, Gedung Putih meluncurkan situs resmi Covid-19 pada 18 April 2025 yang menuduh virus corona berasal dari kebocoran laboratorium di Tiongkok.
Situs tersebut juga menargetkan Presiden AS sebelumnya Joe Biden, mantan pejabat kesehatan Anthony Fauci, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menanggapi tuduhan ini, Tiongkok merilis dokumen white paper pada hari yang sama yang disebarkan oleh media berita Xinhua, Rabu, 30 April 2025, dan membalikkan tudingan dengan menyatakan bahwa "Covid-19 mungkin muncul lebih awal di Amerika Serikat daripada waktu resmi yang diklaim dan lebih awal daripada wabah di Tiongkok."
Dalam dokumen itu, Beijing menegaskan bahwa AS tengah melakukan politisasi terhadap asal-usul pandemi. Bahkan, Tiongkok menyerukan agar penyelidikan tahap selanjutnya berfokus pada wilayah Amerika Serikat.
"AS tidak boleh terus 'berpura-pura tuli dan bisu', tetapi harus menanggapi kekhawatiran sah masyarakat internasional," tulis dokumen tersebut.
Tiongkok juga menyinggung hasil studi gabungan WHO dan Tiongkok pada Februari 2021 yang menyimpulkan bahwa hipotesis virus berasal dari laboratorium adalah "sangat tidak mungkin."
Hasil ini dikukuhkan dalam laporan akhir berjudul
Joint WHO-China Study, yang menyatakan jalur paling mungkin adalah penularan dari hewan ke manusia melalui inang perantara, sedangkan jalur kebocoran laboratorium adalah yang paling kecil kemungkinannya.
Namun, pada Januari 2025, Badan Intelijen Pusat AS (CIA) justru menyebut bahwa pandemi lebih mungkin berasal dari laboratorium di Tiongkok ketimbang dari alam, meski dengan "tingkat keyakinan yang rendah." CIA tetap menyatakan bahwa kedua kemungkinan, baik asal-usul alami maupun kebocoran laboratorium, masih masuk akal.
White paper Tiongkok juga mengutip gugatan dari Negara Bagian Missouri, AS, yang menghasilkan keputusan pengadilan dengan denda USD 24 miliar terhadap Tiongkok karena dituduh menimbun alat pelindung diri dan menutupi wabah di masa awal pandemi.
Sementara itu, dalam laporan studi gabungan WHO dan Tiongkok tahun 2021, disebutkan bahwa tidak ditemukan bukti kuat adanya penyebaran SARS-CoV-2 sebelum Desember 2019 di Wuhan. Bahkan, dari 92 kasus penyakit pernapasan yang diperiksa ulang dari Oktober dan November 2019, tidak ada satu pun yang terbukti akibat infeksi virus SARS-CoV-2.
Lebih lanjut, white paper Tiongkok menyatakan bahwa tidak ditemukan antibodi SARS-CoV-2 dalam 43.850 sampel darah donor dari Wuhan pada periode 1 September hingga 31 Desember 2019. Ini memperkuat kesimpulan bahwa virus belum beredar di Wuhan sebelum Desember 2019.
Dokumen itu juga mengungkap bahwa dari 457 sampel hewan yang diambil dari pasar Huanan, tak satu pun menunjukkan hasil positif SARS-CoV-2. Sebaliknya, 74 dari 923 sampel lingkungan yang diambil di pasar menunjukkan keberadaan virus, mengindikasikan bahwa sumbernya adalah penularan dari manusia, bukan hewan.
Tiongkok bahkan menuding bahwa kasus-kasus pertama di Xinfadi Beijing dan Dalian pada 2020 kemungkinan berasal dari produk rantai dingin yang diimpor dari luar negeri.
Dalam salah satu kasus di Qingdao, dua pekerja pelabuhan terinfeksi setelah menangani kemasan makanan beku yang kemudian terbukti mengandung virus SARS-CoV-2 yang masih hidup. Sehingga pasar itu diduga hanya menjadi lokasi penularan awal dan bukan sumber utama kemunculan virus.
"Virus yang terdeteksi pada kemasan berhasil diisolasi dan dikultur, membuktikan bahwa produk rantai dingin dapat menjadi jalur penularan," tulis white paper yang dirilis Dewan Negara China pada April 2025.
Namun hingga kini, jalur pasti kemunculan virus belum dapat disimpulkan dengan pasti. WHO dan tim ilmuwan internasional menyerukan studi lanjutan yang lebih luas, termasuk pemeriksaan terhadap hewan liar, rantai dingin produk makanan internasional, serta kemungkinan kasus-kasus awal di negara lain sebelum Desember 2019.