Sudan dilanda konflik antara tentara dengan pasukan paramiliter RSF. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 4 June 2025 07:10
Darfur: Setidaknya lima orang tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan terhadap konvoi bantuan di wilayah Darfur, Sudan, pada Selasa 3 Juni 2025. Pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, pihak-pihak yang bertikai di negara Afrika timur laut itu saling menyalahkan atas serangan tersebut.
Sudan terjerumus dalam perang lebih dari dua tahun lalu, ketika ketegangan antara tentara dan paramiliter saingannya RSF meledak dengan pertempuran jalanan di ibu kota Khartoum yang dengan cepat menyebar ke seluruh negeri.
Serangan terhadap konvoi 15 truk yang membawa pasokan makanan dan nutrisi yang sangat dibutuhkan terjadi pada Senin malam di dekat kota Koma yang dikuasai Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di Provinsi Dafur Utara.
Menurut pernyataan bersama dari Program Pangan Dunia (WFP) dan UNICEF, konvoi itu berusaha mencapai kota el-Fasher yang terkepung. Kedua lembaga tersebut menyerukan penyelidikan atas serangan tersebut.
"Ini adalah konvoi kemanusiaan PBB pertama yang akan sampai ke el-Fasher dalam lebih dari satu tahun," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan di New York, seperti dikutip Euronews, Kamis 4 Juni 2025.
Serangan Senin malam membakar banyak truk dan merusak bantuan yang mereka bawa, kata pernyataan itu. Tidak disebutkan siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu.
WFP dan UNICEF mengatakan mereka sedang bernegosiasi untuk menyelesaikan perjalanan ke el-Fasher dari kota Port Sudan di Laut Merah, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan sementara negara itu yang bersekutu dengan militer.
"Sangat menyedihkan bahwa pasokan belum sampai ke anak-anak dan keluarga yang rentan sebagaimana seharusnya," kata pernyataan itu.
Dujarric mengatakan semua yang tewas dan terluka adalah kontraktor Sudan yang bekerja untuk WFP dan UNICEF.
"Mereka berada 80 kilometer dari el-Fasher, setelah menempuh perjalanan 1.800 kilometer selama berhari-hari di medan yang sangat sulit, medan yang sangat berbahaya," kata Dujarric.
"Mereka diparkir di pinggir jalan sambil menunggu izin dan mereka diserang,” Dujarric menambahkan.
"Itu serangan udara, kemungkinan besar pesawat tanpa awak. Namun, kami tidak tahu siapa pelakunya,” imbuhnya.