Pasukan keamanan bersiaga di perbatasan Thailand dan Kamboja. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 10 December 2025 18:25
Bangkok: Bentrok bersenjata antara Thailand dan Kamboja memasuki hari ketiga pada Rabu, 10 Desember 2025, dengan baku tembak lintas batas, tembakan artileri, dan serangan udara yang memaksa lebih dari 500 ribu warga mengungsi. Kedua negara saling menuduh sebagai pihak yang memicu kembali konflik yang telah menewaskan sedikitnya 13 orang, terdiri atas tentara dan warga sipil.
Kementerian Pertahanan Thailand menyebut lebih dari 400 ribu warga telah dievakuasi ke tempat perlindungan di tujuh provinsi perbatasan. “Warga sipil harus mengungsi dalam jumlah besar karena adanya ancaman serius terhadap keselamatan mereka,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Surasant Kongsiri.
Militer Thailand juga melaporkan roket dari wilayah Kamboja jatuh di dekat Rumah Sakit Phanom Dong Rak di Provinsi Surin, sehingga pasien dan tenaga medis terpaksa berlindung di bunker.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja mencatat lebih dari 101 ribu warga mengungsi ke daerah aman dan rumah kerabat di lima provinsi. Media setempat melaporkan jet tempur F-16 Thailand melancarkan serangan udara ke dua wilayah Kamboja, sementara artileri Thailand terus menembaki sejumlah titik. Thailand mengonfirmasi pengerahan F-16 untuk menyerang satu target militer Kamboja di perbatasan.
Sementara itu, artileri dan roket Kamboja dilaporkan menghantam 12 titik garis depan di empat provinsi Thailand. Meski belum ada laporan korban tambahan, kondisi keamanan dinilai memburuk. Jurnalis Al Jazeera melaporkan pertempuran berlangsung hampir di seluruh provinsi Thailand yang berbatasan langsung dengan Kamboja, memaksa ribuan warga kembali meninggalkan rumah mereka.
Di Kamboja, situasi kamp pengungsian dilaporkan memprihatinkan. Ribuan warga bertahan di tenda darurat dengan bantuan yang terbatas.
“Masalah terbesar di sini adalah rasa takut,” ujar seorang koresponden Al Jazeera, menyebut suara ledakan masih terdengar dan warga terus bersiap untuk berpindah. Mantan Perdana Menteri Hun Sen juga disebut mempertimbangkan serangan balasan, menandakan konflik kemungkinan belum mereda dalam waktu dekat.
Bentrok kali ini menjadi yang paling mematikan sejak Juli, sebelum gencatan senjata rapuh dicapai melalui mediasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Trump menyatakan akan menghubungi kedua pihak untuk menghentikan kekerasan. “Saya akan menelepon dan menghentikan perang dua negara yang sangat kuat, Thailand dan Kamboja,” katanya.
Namun, Menteri Luar Negeri Thailand menegaskan peluang negosiasi masih kecil, dengan perselisihan lama terkait garis perbatasan era kolonial dan klaim atas situs bersejarah kembali menjadi pemicu ketegangan. (Keysa Qanita)
Baca juga: Thailand Tolak Tekanan Tarif AS untuk Berdamai dengan Kamboja