Israel Tekan AS Terlibat Langsung dalam Menghadapi Iran

PM Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Presiden AS Donald Trump. (Presstv.ir)

Israel Tekan AS Terlibat Langsung dalam Menghadapi Iran

Willy Haryono • 24 June 2025 15:10

Teheran: Ketegangan meningkat di kawasan Timur Tengah setelah sumber-sumber diplomatik mengungkap bahwa Israel secara aktif mendesak Amerika Serikat (AS) untuk terlibat secara langsung dan penuh dalam perang yang saat ini berlangsung melawan Republik Islam Iran.

Pernyataan ini disampaikan sebelum tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran yang mulai berlaku pada Selasa, 24 Juni 2025.

Tujuan utama Israel adalah memperoleh akses terhadap stok rudal canggih milik AS yang disimpan di berbagai titik strategis kawasan.

Mengutip dari Press TV, Israel mendorong agar setiap kemungkinan serangan balasan Iran terhadap pangkalan militer AS di kawasan dapat dijadikan alasan oleh Washington untuk mengambil bagian secara resmi dan menyeluruh dalam perang yang disebut sebagai "perang yang dipaksakan" terhadap Iran.

Dorongan Israel ini disebut sebagai bagian dari upaya memanfaatkan senjata presisi tinggi milik AS, termasuk rudal jarak jauh dan sistem pertahanan udara, untuk menghantam jaringan rudal dan drone Iran yang luas dan tersebar di berbagai wilayah.

AS sendiri telah terlibat dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Namun, keterlibatan resmi diumumkan pada Minggu dini hari, saat militer AS melancarkan serangan langsung ke tiga fasilitas nuklir damai di Isfahan, Natanz, dan Fordow.

Langkah AS Langgar Hukum Internasional

Para ahli hukum internasional menyebut serangan terhadap situs nuklir milik negara penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan Konvensi Jenewa.

Masih menurut sumber yang sama, keputusan AS untuk menyerang secara langsung disebut dipicu oleh tekanan berkelanjutan dari pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan kelompok lobi pro-Israel di AS.

Tak lama setelah serangan diumumkan, mantan Presiden AS Donald Trump mengklaim bertanggung jawab atas operasi militer tersebut. Dalam pidatonya, ia menyebut tujuan utama serangan adalah “menghancurkan kapasitas pengayaan nuklir Iran.”

Pemerintah Iran menegaskan bahwa kerusakan yang ditimbulkan terbatas, dan menepis klaim AS dengan menyatakan bahwa program pengayaan nuklir Iran tetap utuh dan sepenuhnya damai. Iran juga mengonfirmasi bahwa bahan uranium yang telah diperkaya serta peralatan penting telah dipindahkan jauh sebelum serangan terjadi, dan fasilitas terkait telah dikosongkan beberapa bulan sebelumnya.

Menanggapi serangan tersebut, parlemen Iran bahkan telah meloloskan rencana penutupan Selat Hormuz, langkah yang dapat mengguncang pasokan energi global dan merusak rantai logistik militer di negara-negara Barat.

Sebagai tanggapan atas agresi Israel yang dimulai sejak 13 Juni dan telah menewaskan sejumlah komandan militer, ilmuwan, akademisi, hingga warga sipil, Iran meluncurkan Operasi True Promise III.

Dalam operasi ini, militer Iran melakukan 21 gelombang serangan rudal dan drone terhadap target intelijen strategis di wilayah pendudukan, yang diklaim berhasil melumpuhkan sistem pertahanan udara Israel.

Sementara itu, sumber-sumber dari Iran menyebut bahwa serangan balik terhadap pangkalan militer AS di Asia Barat kini sedang dipertimbangkan secara serius, jika eskalasi terus berlanjut dan diplomasi gagal meredakan konflik. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Serangan Balasan Iran Rugikan Israel Hingga Rp21,2 Triliun

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)