Tarif Trump Mulai Berlaku, 5 Sektor Industri Ini Meski Digenjot

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie. MI/Naufal Zuhdi

Tarif Trump Mulai Berlaku, 5 Sektor Industri Ini Meski Digenjot

Naufal Zuhdi • 2 August 2025 21:36

Jakarta: Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie meminta agar para pelaku usaha utamanya industri garmen, tekstil, alas kaki, elektronik, dan furnitur menggenjot kapasitas mereka menjelang penerapan tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

"Kita mesti mengenjot kapasitas untuk satu, garmen. Kedua, tekstil. Tiga, alas kaki. Keempat, elektronik. Lima, furnitur. Semua ini mesti kita genjot dan ini sangat padat kerja. Jadi kalau sekarang 4 jutaan (pekerja) hanya dari tekstil, ini kalau bisa ya jadi tambah 50 persen (pekerja) lagi itu kan sangat dibutuhkan," kata Anin saat ditemui di Kantor Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), dikutip Sabtu, 2 Agustus 2025.

Di samping itu, Anindya juga menyoroti bahwa pemerintah jangan hanya fokus menjadikan AS sebagai pangsa pasar, akan tetapi juga bisa menargetkan Uni Eropa sebagai pangsa pasar baru untuk melakukan ekspor

"Dan pasar Eropa ini tidak kalah dengan Amerika. Jadi kalau misalnya Amerika itu total dagang kita dengan Amerika USD40 miliar, kalau Eropa itu USD39 miliar. Jadi tidak jauh lah. Ini juga kita mesti menguatkan kapasitas pengusaha karena pengusahanya mesti berani bersaing di era global. Jadi itulah salah satu upaya kami untuk menguatkan mental dan bukan saja pengusaha-pengusaha di Jakarta atau pengusaha besar tapi juga pengusaha di provinsi," tutur Anin.
 

Baca juga: 

Neraca Perdagangan Indonesia-AS Masih Surplus, Dampak Tarif Trump Belum Terasa?



(Ilustrasi. Foto: Dok MI)

Produk tembaga bebas tarif ke AS

Anindya juga menyambut baik komoditas yang dibutuhkan AS akan dikenakan tarif lebih rendah bahkan nol persen, di antaranya produk olahan dari tembaga.

"Nomor satu yang paling penting, kita sadar bahwa Indonesia mempunyai mineral kritis yang banyak. Yang kedua, kita ingin mineral kritis ini diolah. Yang ketiga, tentu kalau misalnya mineral kritis yang sudah diolah bisa mendapatkan tarif yang sampai ke nol persen, itu sih luar biasa. Tapi ingat, itu juga karena kepentingan Amerika untuk mendapatkan mineral kritis ini. Kita sih senang-senang saja," ungkap dia.

Namun, Anin mengingatkan agar mineral kritis yang bebas dikenakan tarif tersebut mesti diolah di dalam negeri. Hal itu penting dilakukan karena bisa membuka lapangan kerja dan menyerap investasi.

"Yang penting kita melakukan proses di Indonesia karena akan menyerap tenaga kerja, juga akan bisa untuk mendapatkan investasi di sini," tutur Anin.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa tembaga berpeluang besar mendapatkan bebas tarif karena merupakan bagian dari pembahasan mengenai mineral kritis yang tengah dinegosiasikan.

"Itu yang kita sebut industrial commodities, hasil proses sekunder setelah ore. Ini sudah sejalan dengan yang disampaikan secretary of commerce AS," sebut Airlangga.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)