Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses ditutup di zona hijau. Sejak pembukaan perdagangan pagi, IHSG langsung bergerak menguat hingga akhirnya mendarat di level 7.000-an.
Berdasarkan data RTI, Kamis, 10 Juli 2025, IHSG sore ditutup menguat 61,44 poin atau setara 0,88 persen ke posisi 7.005. IHSG sebelumnya sempat dibuka ke level 6.968. Sementara itu, IHSG juga berada di level terendah 6.955 dan tertinggi di posisi 7.013.
Adapun total volume saham yang telah diperdagangkan adalah 21,421 miliar senilai Rp10,437 triliun. Sedangkan kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp13,372 triliun dengan frekuensi sebanyak 1.286.266 kali.
Sore ini, tercatat sebanyak 375 saham bergerak menguat. Sementara itu, sebanyak 204 saham melemah dan 226 saham lainnya stagnan.
(Ilustrasi. MI/Ramdani)
IHSG sempat diprediksi terkoreksi
Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman memperkirakan pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini berpotensi terkoreksi jika gagal break di atas resistance kuat 6.950.
"Diperkirakan support IHSG ada pada level 6.880-6.920 dan resist IHSG berada di 6.950-7.000," ungkap Fanny dalam analisis hariannya.
Adapun di perdagangan kemarin, Rabu, 9 Juli 2025, IHSG ditutup naik 0,57 persen, tapi masih disertai dengan net sell asing sebesar Rp383 miliar. Saham yang paling banyak dijual asing adalah BMRI, BBCA, SIDO, BRMS, dan KLBF.
Sementara itu, indeks utama Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Rabu, 9 Juli 2025. Bahkan, Nasdaq mencatatkan rally all time high (ATH), dipimpin kenaikan saham Nvidia dan rebound saham-saham teknologi besar lainnya. Nasdaq Composite menguat 0,94 persen, S&P 500 naik 0,61 persen, dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,49 persen.
Di sisi lain, Bursa Asia bergerak variasi (
mixed) pada perdagangan Rabu (9/7). Indeks Jepang, Nikkei 225 naik 0,33 persen dan Topix menguat 0,41 persen. Sementara di Korea Selatan, indeks Kospi menguat 0,60 persen dan Kosdaq naik 0,78 persen. Sedangkan, Hang Seng Hong Kong turun 1,06 persen dan S&P/ASX 200 Australia turun 0,61 persen. Di sisi lain, Straits Times naik 0,25 persen dan FTSE Malaysia turun 0,06 persen.
Bursa Asia
mixed, karena investor menahan diri untuk bertaruh pada aset berisiko karena Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk memperpanjang batas waktu pemberlakuan pungutan impor pada Agustus. Saham di Tiongkok menjadi fokus menjelang rilis data inflasi yang diperkirakan akan turun pada Juni.