Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 4 June 2025 12:29
Moskow: Rusia mengatakan bahwa salah untuk mengharapkan terobosan cepat dalam perundingan Ukraina, sehari setelah Moskow menolak seruan Kyiv untuk gencatan senjata tanpa syarat dalam perundingan di Istanbul.
Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan pertukaran besar-besaran tentara yang ditangkap dan bertukar peta jalan menuju perdamaian, atau yang disebut "memorandum", dalam perundingan yang berlangsung kurang dari dua jam.
Lebih dari tiga tahun dalam ofensif Rusia -,yang telah menewaskan puluhan ribu orang di kedua belah pihak dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka di Ukraina timur,- kedua belah pihak tampak tidak dapat didamaikan seperti sebelumnya.
"Masalah penyelesaian sangat rumit dan melibatkan sejumlah besar nuansa," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan pada Selasa, seperti dikutip dari Anadolu, Rabu 4 Juni 2025.
"Salah untuk mengharapkan solusi dan terobosan segera," tambah Peskov.
Moskow menuntut Ukraina menarik pasukannya dari empat wilayah timur dan selatan yang diklaim Moskow telah dianeksasi sebagai prasyarat untuk menghentikan serangannya, menurut dokumen yang diserahkan kepada Ukraina yang diterbitkan oleh media pemerintah Rusia.
Kyiv telah mendesak gencatan senjata penuh dan tanpa syarat. Rusia malah menawarkan gencatan senjata sebagian selama dua hingga tiga hari di beberapa wilayah garis depan, kata negosiator utamanya setelah perundingan.
Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga pada hari Selasa mengecam Rusia karena menyampaikan "ultimatum lama yang tidak membawa situasi lebih dekat ke perdamaian sejati" dan karena "sejauh ini menolak format yang berarti untuk gencatan senjata".
Peskov sebelumnya juga menolak gagasan pertemuan puncak antara presiden Rusia, Ukraina, dan Amerika Serikat.
"Dalam waktu dekat, itu tidak mungkin," kata Peskov kepada wartawan ketika ditanya tentang kemungkinan pertemuan para pemimpin, seraya menambahkan bahwa pertemuan puncak seperti itu hanya dapat terjadi setelah negosiator Rusia dan Ukraina mencapai "kesepakatan".
Gedung Putih mengatakan pada Senin bahwa Presiden AS Donald Trump "terbuka" terhadap gagasan tersebut, yang juga didukung oleh Volodymyr Zelensky dari Ukraina dan Recep Tayyip Erdogan dari Turki.