Warga Gaza mencari bantuan kemanusiaan. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 2 June 2025 05:26
Gaza: Hampir 50 warga Palestina tewas dan lebih dari 200 lainnya terluka pada Minggu 1 Juni 2025 ketika pasukan Israel menembaki warga sipil yang mencari bantuan kemanusiaan di al-Mawasi, sebelah barat Rafah di Gaza selatan.
Sebuah pernyataan kementerian mengatakan bahwa jenazah 28 orang dipindahkan ke Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis dan 21 lainnya ke Rumah Sakit Lapangan Palang Merah, sementara lebih dari 200 orang terluka oleh tembakan langsung Israel.
Menurut saksi mata, kerumunan besar telah berkumpul sejak pagi di sebuah pusat distribusi bantuan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza, sebuah organisasi Amerika yang didukung oleh Israel.
“Saat orang-orang mendekati lokasi tersebut, kendaraan militer Israel melepaskan tembakan, dan pesawat tak berawak menjatuhkan bahan peledak, yang mengakibatkan banyak korban,” warga menambahkan, seperti dikutip Anadolu, Senin 2 Juni 2025.
Seorang pejabat medis menggambarkan situasi di sekitar pusat distribusi sebagai "sangat berbahaya," dan mencatat bahwa ambulans kesulitan menjangkau korban luka karena tembakan yang terus menerus. Beberapa korban dievakuasi menggunakan kereta dorong.
Pada saat yang sama, pasukan Israel juga menembaki warga sipil yang mendekati pusat bantuan Amerika lainnya di dekat Koridor Netzarim di Gaza tengah, kata para saksi.
Menurut sumber medis di Rumah Sakit Al-Awda di kamp pengungsi Nuseirat, sedikitnya satu warga Palestina tewas dan 20 lainnya terluka ketika pasukan Israel menembaki kerumunan di dekat kamp pengungsi Bureij.
Juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengklaim bahwa tidak ada informasi tentang cedera akibat tembakan militer di pusat distribusi bantuan. Ia mengatakan bahwa masalah tersebut sedang diselidiki.
Kantor media pemerintah Gaza menuduh Israel "menggunakan bantuan kemanusiaan secara sistematis dan jahat sebagai senjata perang untuk memeras warga sipil yang kelaparan dan mengumpulkan mereka secara paksa di zona pembantaian yang terbuka."
Israel telah menyusun rencana untuk mendirikan empat titik distribusi bantuan di Gaza selatan dan tengah, yang menurut media Israel bertujuan untuk mengevakuasi warga Palestina dari Gaza utara ke selatan.
Menurut Radio Angkatan Darat Israel, rencana distribusi bantuan Israel bertujuan untuk mengubah wilayah utara menjadi "daerah yang benar-benar kosong penduduknya."
Rencana bantuan yang didukung AS tersebut telah menghadapi kritik dan penolakan luas dari warga Palestina dan organisasi kemanusiaan internasional.
Sejak 2 Maret, Israel telah menutup semua penyeberangan perbatasan, menghentikan masuknya makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan pasokan penting lainnya bagi 2,4 juta penduduk Gaza.
Menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, Israel telah melakukan serangan dahsyat di Gaza sejak Oktober 2023, menewaskan hampir 54.400 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Badan-badan bantuan telah memperingatkan tentang risiko kelaparan di antara lebih dari 2 juta penduduk daerah kantong itu.
November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas kejahatan perangnya terhadap warga sipil di daerah kantong tersebut.