Salah satu kapal Global Sumud Flotilla berlayar menuju Gaza. (Anadolu Agency)
Istanbul: Dua aktivis kemanusiaan asal Malaysia, Heliza Helmi dan Hazwani Helmi, mengungkapkan perlakuan kejam yang mereka alami selama ditahan pasukan Israel setelah kapal misi bantuan Global Sumud Flotilla (GSF) diserang di perairan internasional.
Keduanya tiba di Istanbul pada Sabtu, 4 Oktober 2025 bersama 135 aktivis lainnya, termasuk 36 warga Turki, setelah dibebaskan dari tahanan Israel.
Hazwani menegaskan partisipasi mereka dalam misi kemanusiaan tersebut merupakan “kewajiban moral dan agama” sebagai Muslim untuk membantu rakyat Palestina. Namun, yang mereka terima justru perlakuan tidak manusiawi selama penahanan.
“Bayangkan, kami minum air dari toilet? Beberapa orang sangat sakit, tapi Israel berkata: 'Apakah mereka sudah mati? Jika tidak, itu bukan urusan saya,'” ujar Hazwani menggambarkan kekejaman Israel, dikutip dari Anadolu Agency, Senin, 6 Oktober 2025.
Kondisi memprihatinkan selama penahanan
Heliza mengaku hanya mengandalkan air toilet untuk bertahan hidup selama tiga hari. “Saya makan terakhir pada 1 Oktober. Hari ini (4 Oktober) adalah makan pertama saya. Jadi selama tiga hari, saya tidak makan—hanya minum dari toilet,” tuturnya.
Kedua saudari ini menggambarkan pasukan Israel sebagai “orang-orang yang sangat kejam” yang perlu diketahui oleh dunia internasional.
Setibanya di Istanbul, para aktivis langsung dibawa ke Institut Kedokteran Forensik untuk pemeriksaan kesehatan sebelum memberikan kesaksian sebagai saksi kepada kejaksaan. Meski mengalami trauma berat, mereka menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diterima.
“Kami sangat bersyukur kepada rakyat Turkiye. Dukungan ini membuat kami bahagia,” kata Hazwani dengan Heliza menambahkan “Terima kasih, Turki.”
Misi kemanusiaan dan respons internasional
Global Sumud Flotilla merupakan inisiatif masyarakat sipil internasional untuk menembus blokade Israel di Gaza dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan. Penyerangan terhadap kapal ini di perairan internasional memicu kecaman berbagai pihak.
Kisah para aktivis ini memperlihatkan sisi gelap konflik berkepanjangan di Gaza sekaligus mengingatkan dunia tentang pentingnya perlindungan bagi pekerja kemanusiaan.
Pemerintah Turkiye memainkan peran kunci dalam proses pembebasan para aktivis, menunjukkan komitmennya dalam isu kemanusiaan Palestina.
Sementara itu, pengakuan para mantan tahanan ini diharapkan dapat mendorong tekanan internasional lebih besar terhadap Israel untuk mengakhiri blokade dan pelanggaran hak asasi manusia di Gaza. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
Israel Akan Deportasi Aktivis Greta Thunberg ke Yunani