Tim SAR berupaya evakuasi santri di balik reruntuhan beton musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. (Basarnas Surabaya)
Amaluddin • 2 October 2025 10:11
Sidoarjo: Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur bersama Rumah Sakit Islam Siti Hajar Sidoarjo berhasil mengidentifikasi empat jenazah korban runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny. Proses identifikasi dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan ketepatan data.
Kasubbidokpol Biddokkes Polda Jatim, AKBP dr Adam Bimantoro, menjelaskan proses identifikasi berlangsung selama tiga hari. Kegiatan ini dilaksanakan dari Senin, 29 September hingga Rabu, 1 Oktober 2025.
“Dalam proses identifikasi, yang utama adalah ketepatan, bukan kecepatan. Daripada terburu-buru lalu salah diserahkan ke keluarga lain, tentu akan menimbulkan masalah,” kata Adam.
Empat jenazah yang berhasil diidentifikasi terdiri dari Maulana Alfan Ibrahimavic, 13, warga Pabean Cantian, Surabaya. Identifikasi dilakukan menggunakan data medis visual dan properti pribadi milik korban.
Jenazah kedua berhasil diidentifikasi sebagai Muhammad Masudulat, 14, warga Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya. Jenazah ketiga merupakan Muhammad Soleh, 22, warga Jalan Madura, Tanjung Pandan, Bangka Belitung.
Ketiga jenazah tersebut telah diserahkan kepada pihak keluarga masing-masing untuk proses pemakaman. Proses penyerahan dilakukan setelah melalui verifikasi data yang ketat.
Jenazah keempat berhasil diidentifikasi sebagai Rafi Catur Okta Mulya Pamungkas, 17, warga Putat Jaya, Surabaya. Identifikasi menggunakan metode primer berupa sidik jari dan pemeriksaan gigi. Proses identifikasi juga diperkuat dengan data medis dan barang-barang milik korban. Pendekatan multi metode ini untuk memastikan akurasi identifikasi.
“Masih ada satu jenazah yang belum dapat diidentifikasi. Jenazah baru tiba di RSI Siti Hajar Rabu, dan saat ini masih dalam proses pencocokan data,” tandas Adam.
Tim DVI terus bekerja untuk mengidentifikasi jenazah terakhir yang belum terdata. Proses ini memerlukan ketelitian tinggi untuk memastikan tidak terjadi kesalahan identitas. Proses identifikasi korban menjadi bagian penting dalam penanganan pascabencana. Keluarga korban dapat melakukan proses pemakaman dengan tenang setelah identitas jenazah dipastikan kebenarannya.