Board of Trustee Prasasti Center for Policy Studies Jimly Asshiddiqie pada sesi bincang-bincang dalam acara Habibie Prize 2025 di Jakarta. (ANTARA/HO-Prasasti Center for Policy Studies)
Achmad Zulfikar Fazli • 11 November 2025 20:11
Jakarta: Board of Trustee Prasasti Center for Policy Studies, Jimly Asshiddiqie, menyampaikan tantangan bernegara saat ini tidak hanya memerlukan penataan ulang sistem hukum, tetapi juga menuntut penataan ulang etika secara menyeluruh. Dia mengibaratkan etika sebagai samudera, dan hukum sebagai kapal.
"Saya memperkenalkan pentingnya membangun infrastruktur etika negara. Bukan hanya hukum yang harus ditata ulang, tetapi juga etika. Etika itu ibarat samudera, hukum itu kapal. Kapal hukum tidak akan mencapai tepian pulau keadilan kalau etika bangsanya buruk," kata Jimly, Jakarta, dilansir dari Antara, Selasa, 11 November 2025.
Ahli hukum tata negara itu menekankan hukum dan etika harus berjalan beriringan karena memiliki pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi.
"Hukum bersifat retributif (menghukum/memaksa). Sedangkan, etika bersifat edukatif (mendidik) melalui sistem peringatan," ujar Jimly.
Hal ini disampaikan Jimly dalam acara Habibie Prize 2025 di Jakarta, Senin, 10 November 2025. Dalam ajang tersebut, Jimly menerima penghargaan untuk bidang Ilmu Sosial, Ekonomi, Politik, dan Hukum dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Baca Juga:
Rapat Perdana Komisi Reformasi Polri, Listyo Sigit: Kepolisian Terbuka dan Terima Evaluasi |