Israel Bunuh 15 Petugas Medis Gaza dan Kubur dalam Makam Dangkal

Mobil ambulans yang turut dikubur pasukan Israel. Foto: Jonathan Whittall

Israel Bunuh 15 Petugas Medis Gaza dan Kubur dalam Makam Dangkal

Fajar Nugraha • 1 April 2025 18:15

Gaza: Sebanyak 15 jenazah dari petugas medis Palestina ditemukan terkubur dalam makam dengan kedalaman dangkal. Jenazah-jenazah itu merupakan korban pembunuhan prajurit Israel.

"Lima ambulans, sebuah truk pemadam kebakaran, dan sebuah kendaraan PBB diserang satu per satu di daerah al-Hashashin pada 23 Maret," menurut seorang pejabat PBB, seperti dikutip BBC, Selasa 1 April 2025.

"Ke-15 jenazah ditemukan dari sebuah kuburan massal pada Minggu" katanya.

Gerakan Palang Merah telah menyatakan kemarahannya atas tewasnya delapan petugas medis Palestina bersama dengan enam responden pertama Pertahanan Sipil dan seorang anggota staf PBB oleh pasukan Israel di Gaza selatan itu.

Sementara, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan seorang petugas medis kesembilan hilang dan menuduh Israel menargetkan staf.

Militer Israel mengatakan,pasukan menembaki kendaraan yang maju secara mencurigakan tanpa lampu depan atau sinyal darurat. Tanpa bukti pasukan Yahudi itu mengatakan, seorang anggota Hamas dan delapan teroris lainnya termasuk di antara mereka yang tewas.

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan, dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu bahwa delapan jenazah petugas medis PRCS telah ditemukan "setelah tujuh hari tidak diketahui dan akses ke daerah Rafah tempat mereka terakhir terlihat ditolak".

Organisasi tersebut mengidentifikasi mereka yang tewas sebagai petugas ambulans Mostafa Khufaga, Saleh Muamer dan Ezzedine Shaath, dan relawan penanggap pertama Mohammad Bahloul, Mohammed al-Heila, Ashraf Abu Labda, Raed al-Sharif dan Rifatt Radwan.

Ditambahkannya bahwa petugas ambulans Assad al-Nassasra "masih hilang".

"Saya patah hati. Para pekerja ambulans yang berdedikasi ini menanggapi orang-orang yang terluka. Mereka adalah pekerja kemanusiaan," kata Sekretaris Jenderal IFRC Jagan Chapagain.

"Mereka mengenakan lambang yang seharusnya melindungi mereka, ambulans mereka ditandai dengan jelas," ucap Chapagain.

"Bahkan di zona konflik yang paling kompleks, ada aturan. Aturan Hukum Humaniter Internasional ini tidak bisa lebih jelas lagi – warga sipil harus dilindungi. Pekerja kemanusiaan harus dilindungi. Layanan kesehatan harus dilindungi," imbuh Chapagain.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa mereka "terkejut" bahwa para petugas medis tewas saat menjalankan tugas mereka.

Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Gaza, Jonathan Whittall, mengatakan dalam sebuah posting di X pada hari Minggu bahwa stafnya telah mendukung PRCS dan Pertahanan Sipil dalam mengevakuasi 15 jenazah petugas medis PRCS, responden pertama Pertahanan Sipil, dan anggota staf PBB dari "kuburan massal yang ditandai dengan lampu darurat dari salah satu ambulans mereka yang hancur".

Dalam sebuah video yang diunggah daring pada Senin, Whittall mengatakan: "Tujuh hari yang lalu, ambulans Pertahanan Sipil dan PRCS tiba di tempat kejadian. Satu per satu mereka tertabrak. Jenazah mereka dikumpulkan dan dikubur di kuburan massal ini. Kami menggali mereka dengan seragam, dengan sarung tangan. Mereka ada di sini untuk menyelamatkan nyawa. Sebaliknya, mereka berakhir di kuburan massal." 

"Kendaraan mereka hancur dan teronggok, tertutup pasir di sebelah kami. Sungguh mengerikan apa yang terjadi di sini. Ini seharusnya tidak pernah terjadi. Petugas kesehatan tidak boleh menjadi sasaran," Whittall.

Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (Unrwa), Philippe Lazzarini mengatakan, anggota staf PBB itu adalah salah satu karyawannya dan penguburan jenazah di "kuburan dangkal" adalah "pelanggaran berat terhadap martabat manusia". PRCS mengatakan mereka sangat terpukul oleh "pembantaian tim kami". 

"(Penargetan Israel) terhadap petugas medis Bulan Sabit Merah, meskipun status misi mereka dilindungi dan lambang Bulan Sabit Merah hanya dapat dianggap sebagai kejahatan perang yang dapat dihukum berdasarkan hukum humaniter internasional," tambah sebuah pernyataan. 

Pada pemakaman para petugas medis pada Senin, ayah Ashraf Abu Labda mengatakan kepada BBC: "Mereka (pasukan Israel) menargetkan kendaraan pertama, lalu yang kedua dan ketiga. Mereka membunuh korban dengan kejam." 

"Kami sudah berusaha mencari mereka selama delapan hari. Mereka menolak semua koordinasi dengan Bulan Sabit Merah, OCHA, atau PBB. Tidak seorang pun dapat meminta pertanggungjawaban mereka. Hanya Tuhan," kata Nasser Abu Labda.

Kebohongan Israel

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa selama operasi di Gaza selatan pada 23 Maret "beberapa kendaraan diidentifikasi bergerak maju secara mencurigakan ke arah pasukan IDF tanpa lampu depan, atau sinyal darurat, pergerakan mereka tidak terkoordinasi sebelumnya. Oleh karena itu, pasukan IDF melepaskan tembakan ke kendaraan yang dicurigai." 

"Setelah penilaian awal, ditetapkan bahwa pasukan telah menghabisi seorang anggota militer Hamas, Mohammad Amin Ibrahim Shubaki, bersama dengan delapan teroris lainnya dari Hamas dan PIJ (Jihad Islam Palestina)," tambahnya. 

"Setelah serangan itu, IDF berkoordinasi dengan organisasi internasional untuk memfasilitasi evakuasi jenazah." Pernyataan IDF sebelumnya tentang insiden tersebut mengatakan penyelidikan awal telah menetapkan bahwa "beberapa kendaraan mencurigakan yang bergerak ke arah pasukan adalah ambulans dan truk pemadam kebakaran". Ia juga mengutuk apa yang disebutnya "penggunaan infrastruktur sipil yang berulang oleh organisasi teroris". 

IDF belum mengomentari keberadaan petugas medis PRCS yang hilang. OCHA mengatakan tidak jelas apakah dia sudah meninggal, ditahan, atau ada hal lain yang terjadi. 

Pejabat senior Hamas Basem Naim mengutuk serangan itu.

"Pembunuhan yang disengaja terhadap petugas penyelamat -,yang dilindungi berdasarkan hukum humaniter internasional,- merupakan pelanggaran mencolok terhadap Konvensi Jenewa dan kejahatan perang," katanya.

Juru bicara OCHA Olga Cherevko mengatakan perlu ada penyelidikan penuh untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

"Mereka adalah petugas bantuan di kendaraan yang ditandai dengan jelas, jadi ini sebabnya jelas penting untuk mengungkapnya sampai tuntas dan mendapatkan semua faktanya," katanya kepada BBC.

Ketika ditanya tentang pernyataan IDF bahwa anggota Hamas dan PIJ telah terbunuh, dia berkata: "Ada aturan tertentu yang berlaku di semua perang, dan inilah sebabnya semua pihak yang berkonflik harus, tentu saja, mematuhi aturan ini. Dan ini yang selalu kami katakan. Tetapi itu tidak meniadakan fakta bahwa petugas bantuan kemanusiaan dan responden darurat tidak boleh menjadi sasaran."

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)