British Council Tekankan Peran AI dalam Memperkuat Ekonomi Kreatif ASEAN

Jakarta: Kecerdasan buatan (AI) semakin banyak diperdebatkan di dunia kerja karena dikhawatirkan dapat mengganti sejumlah pekerjaan manusia. Dari sektor manufaktur hingga jasa profesional, banyak pihak khawatir otomatisasi berbasis AI dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia dan memicu disrupsi ekonomi.

Namun menurut Summer Xia, Country Director Indonesia dan Southeast Asia Lead British Council, AI juga dapat dipandang sebagai peluang, termasuk dalam konteks ekonomi kreatif.

Ia menjelaskan bahwa AI dapat digunakan untuk mengembangkan produk dan layanan kreatif, sekaligus memperkuat pembangunan ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan.

“Aktivitas kreatif bisa memanfaatkan AI untuk mengembangkan produk dan servis kreatif. Di sisi lain, kreatif juga bisa mengarahkan pengembangan teknologi, termasuk AI, agar lebih inklusif, berkelanjutan, dan inovatif,” ujar Summer di acara Peluncuran dan Pemaparan Hasil Jajak Pendapat Persepsi Regional ASEAN tentang Ekonomi Kreatif di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu, 22 Oktober 2025.

Lebih lanjut, ia menekankan perlunya regulasi yang tepat. Summer menyinggung bahwa pemerintah Inggris telah mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi seputar AI tahun lalu untuk membahas prinsip-prinsip global dalam pemanfaatan AI, dengan tujuan memastikan teknologi ini mendukung kepentingan manusia dan industri kreatif, bukan justru menjadi ancaman.

“Kami akan menerima teknologi ini dan mencari cara terbaik untuk memanfaatkannya dalam pembangunan ekonomi kreatif,” tuturnya.

Menurut Summer, pendekatan ini sejalan dengan visi British Council dalam mendorong kolaborasi kreatif dan inovasi teknologi di kawasan Asia Tenggara, khususnya melalui kerja sama dengan ASEAN dalam memajukan ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan.

Baca juga:  ASEAN-UK Luncurkan Jajak Pendapat Persepsi Regional Pertama Mengenai Ekonomi Kreatif