Tempat penampungan air bersih untuk kemudian disalurkan ke warga secara gratis. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 19 May 2025 09:09
Jakarta: Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, mengalami transformasi dalam kurun waktu 17 tahun terakhir. Perubahan ini tak lepas dari peran industri pertambangan, khususnya kehadiran Harita Nickel.
Ketua Program Studi S3 Ilmu Lingkungan Universitas Hasanuddin sekaligus Konsultan Amdal, Eymal Bahsar Demmallino, menceritakan langsung perbandingan kondisi Kawasi pada 2007 dan 2024 dalam kunjungan lapangan penyusunan dokumen Addendum Andal dan RKL-RPL proyek peningkatan kapasitas produksi tambang.
“Tahun 2007, Kawasi sangat terisolasi. Akses menuju desa sangat sulit, aktivitas ekonomi bersifat subsisten, dan penyakit menular masih mewabah karena minimnya fasilitas kesehatan,” ungkap Eymal dalam keterangannya, Senin, 19 Mei 2025.
Perjalanan panjang melalui udara dan laut, termasuk menunggu angin laut yang bersahabat untuk menyeberang ke Pulau Obi, menjadi gambaran nyata keterpencilan Kawasi di masa lalu. Kini, Kawasi telah berubah total.
“Perubahan sangat drastis, bagaikan membalik telapak tangan. Pemukiman baru tertata rapi dengan akses transportasi nyaman, infrastruktur lengkap, dan taraf hidup masyarakat meningkat pesat,” ujar dia.
Menurut hasil wawancara dan observasi timnya, sekitar 70–90 persen warga puas dengan kehadiran industri ini. Fasilitas umum seperti jalan, listrik, air bersih, sekolah, rumah ibadah, pasar, hingga pelabuhan perikanan sudah tersedia. Pendapatan rumah tangga pun naik signifikan, rata-rata di atas Rp5 juta per bulan.
Transformasi Kawasi menjadi simbol bagaimana kehadiran industri dapat mengangkat kualitas hidup masyarakat, dengan syarat komitmen sosial dan lingkungan dijaga secara konsisten.
Baca Juga:
Punya Nikel Berlimpah, Indonesia Masih Jadi Bidikan Investor di Tengah Gejolak Global |